VEDA
III
SLOKA
SERTA ULASAN MENGENAI KETUHANAN, ETIKA, UPACARA DAN FILSAFAT DALAM
KITAB SUCI AGAMA HINDU
Dosen
Pengampu: PUTU SANJAYA S.Ag. M.pd.H
OLEH
LUH AYU LESTARI
Nim:10.1.1.1.1.3855
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2013
VEDA III
ULASAN
SLOKA-SLOKA DALAM KITAB SUCI AGAMA HINDU
Sloka
dalam Ketuhanan:
- Purusa evedam sarvam
Yadbhutam
yacca bhavyam
Utamrtatvasyesa
no
Yadannenati
rohati.
Rgveda
X.90.2.
Artinya:
(Tuhan sebagai wujud kesadaran
agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada. Ia
adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan
berkembang dengan makanan)
Ulasan:
Tuhan merupakan keuniversalan
dari segala apa yang telah ada di dunia Bila kita megkaji Kitab Suci
Veda maupun praktek keagamaan di India dan di Indonesia (Bali) maka
Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan berbagai nama. Berbagai wujud
digambarkan untuk Yang Maha Esa itu, walaupun Tuhan Yang Maha Esa
tidak berwujud dalam pengertian materi maupun dalam jangkauan pikiran
manusia, dan di dalam bahasa sansekerta disebut Acintyarupa
yang artinya: tidak
berwujud dalam alam pikiran manusia (Monier, 1993 : 9), dan dalam
bahasa Jawa Kuno dinyatakan: “ Tan
kagrahita dening manah mwang indriya” (Tidak
terjangkau oleh akal dan indriya manusia).
Bila
Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud, akan muncul pertanyaan mengapa
dalam sistem pemujaan kita membuat bangunan suci, arca, pratima,
pralingga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain. Bukankah
semua bentuk perwujudan maupun persembahan itu ditujukan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang berwujud dalam pikiran manusia? Sebelum kita
tinjau lebih jauh lagi membahas tentang Tuhan Yang Maha Esa, kita
tinjau definisi atau pengertian tentang Tuhan Yang Maha Esa yang di
kemukakan oleh maharsi Vyasa yang dikenal juga dengan nama Badarayana
dalam bukunya: Brahmasutra, Vedantasastra atau vedantasara, sebagai
berikut: Janmadyasya yatah (I.1.2), yang oleh Swami Sivananda (1977)
diterjemahkan sebagai berikut: Brahman adalah asal muasal dari alam
semesta dan segala isinya (janmadi= asal, awal, penjelmaan dan
sebagainya, asya= dunia/alam semesta ini, yatah= dari padanya). Jadi
menurut sutra (kalimat singkat dan padat) ini, Tuhan Yang Maha Esa
yang disebut Brahman ini merupakan asal muasal dari
segalanya.Demikianlah pula, Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber
segalanya dan sumber kebahagiaan hidup.
- Yo bhutam cabhavyam ca
Sarvam
yascadhitisthati,
Svar
yasyaca kevalam tasmai
Jyesthaya
Brahmane namah.
Atharvaveda
X.8.1.
Artinya:
(Tuhan Yang Maha Esa hadir
dimana-mana, asal dari segalanya yang telah ada dan yang akan ada. Ia
penuh dengan rahmat dan kebahagiaan. Kami memuja Engkau, Tuhan Yang
Maha Tinggi).
Ulasan:
Segala yag ada di dunia ini,
merupakan perwujudan Tuhan yang Maha Esa, beliau yang selalu meresapi
segala pelosok tempat, dan dapat menjangkau segala tempat, tidak
terhalang langkahnya oleh siapapun, tidak terbatas oleh ruang dan
waktu pada saat yang bersamaan. Oleh sebab itu beliau bersifat “
Wyapi-Wyapaka Nirwikara” artinya: Ada di mana-mana namun tidak
terpengaruh oleh yang ada bahkan kepori-pori sudut terkecil pun
beliau ada, maka dari itu kita sebagai salah satu ciptaannya harus
saling menghargai segala ciptaan yang ada karena itu sesungguhnya
adalah Tuhan.
- Narayana evedam sarvam
Yadbhutam
yacca bhavyam,
Niskalanko
niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah
suddho deva eko
Narayano
na dvitiyo’sti kascit.
Narayana
Upanisad 2.
Artinya:
(Ya Tuhan Yang Maha Esa, dari
engkaulah semua ini berasal dan kembali yang telah ada dan yang akan
ada di alam raya ini. Hyang Widhi Maha Gaib, mengatasi segala
kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, maha suci (tidak
ternoda), tidak terucapkan, tiada dua-nya).
Ulasan:
Dari
pengertian diatas apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan
kepada Tuhan Yang Tidak
Terbatas itu tidaklah
menjangkau kebesaran-Nya, maka dari itu ada yang menyebutkan yang
tepat untuknya yakni Neti-Neti
(Na+iti, na+iti) Bukan
ini bukan itu. Semua yang ada dan yang tiada itu hanya bisa kembali
ke Tuhan.Dengan demikian Sang Hyang Widhi adalah Tuhan sebagai
pencipta alam semesta. Tuhan sebagai Widhi disebut bersthana di
luhuring akasa, yakni diatas angkasa, nan jauh disana, Tuhan yang
mahasuci, beliau akan selalu memerciki sinar sucinya terhadap insan
yang benar-benar memujanya. Memeberikan cahaya terang atau jalan yang
baik bagi umat yang memujanya. Tuhan yang selalu memberikan
kecemerlangan pikiran agar senantiasa pikiran yang tertuju terhadap
beliau selalu jernih tanpa ada hal-hal yang kotor menyelimuti pikiran
kita.
- Indram mitram varunam agnim ahur
Atho
divyah sa suparno garutman,
Ekam
sadvipra bahudhavadaty
Agnim
yamam matarisvanam ahuh.
Rgveda
I.164.46.
Artinya:
(Mereka menyebut-Nya dengan
Indra, Mitra, Varuna dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia
adalah Esa, para maharsi (Viprah) memberinya banyak nama, mereka
menyebut Indra, Yama, Matarisvan).
- Tad eva agnis tad adityas
Tad
vayus tad u candramah,
Tad
eva sukram tad brahma
Ta’apah
sa prajapatih.
Yajurveda
XXXII.1.
Artinya:
(Sesungguhnya Ia adalah Agni,
Ia adalah Aditya, Ia adalah Vayu, Ia adalah Candrama, Ia adalah
Sukra, Ia adalah Apah, Ia yang Esa adalah Prajapati).
- Dhatabjayonir druhino
Virancih
kamalasanah,
Srasta
prajapatir vedha
Vidhata
visvasrtvidhih.
Widhi papincatan
Artinya:
(Brahma adalah Dhata (yang
memegang atau menampilkan segala sesuatu), Abjayoni (yang lahir dari
bunga teratai), Druhina (yang membunuh raksasa), Viranci (yang
menciptakan), Kamalasana ( yang duduk diatas bunga teratai), Srsta
(yang menciptakan), prajapati (raja dari semua mahluk/masyarakat),
Vedha (ia yang menciptakan), Vidhata (yang menjadikan segala
sesuatu), Visvasrt (ia yang menciptakan dunia) dan Vidhi berarti yang
menciptakan atau yang menentukan, juga berarti yang mengadilinya
(Vettam, 1975:155)
Ulasan:
Dibali kita telah temukan sebuah
lontar bernama Widhi Papincatan yang berisi keputusan-keputusan
hukum/ pengadilan semacm Yurisprudensi. Demikian pula nama lontar
Widhisastra yang berarti pengetahuan tentang widhi (theology), dan
juga lontar-lontar susastra jawa kuno lainnya. Pengertian Vidhi
(dalam bahasa jawa kuno ditulis widhi) sebagai pencipta, aturan atau
perintah tertinggi, tertib (aturan) alam semesta, nasib, penguasa
tertinggi adalah sejalan dengan pengertian yang terdapat di dalam
susatra veda.
Dengan demikian Sang Hyang Widhi
adalah Tuhan sebagai pencipta alam semsta. Tuhan sebagai widhi
tersebut bersthana di luhuring akasa yakni di angkasa. Dalam
pengertian ini tentunya Tuhan Yang Maha Esa di gambarkan tidak
berwujud (impersonal god).Kapan Sang Hyang Widhi dimohon turun hadir
untuk menerimapersembahan, maka saat itu juga beliau telah terwujud
dalam alam pikiran. Wujud-wujud utamanya itu disebut dengan Tri murti
(Brahma, Wisu, siva)
Nama Sang Hyang Widhi ( Sang
Hyang Widhi Wasa) berarti yang menakdirkan, yang maha kuasa yang
dalam bahasa bali diterjemahkan dengan Sang Hyang Tuduh atau Sang
Hyang Titah. Nama ini adalah nama yang amat umum, yang gambarannya
lebih lanjut tidak disebut-sebut dalam sastra-sastra lontar. Bhatara
Siwalah panggilannya dalam sastra-sastra lontar, yang gambarannya
selalu kita jumpai baik dalam sastra-sastra agama , seperti pada
lontar-lontar BhuwanaKosa, Wrhaspatitattva, Tatwajanana, Mahajnana,
Ganapatitatwa, Bhuwanasanksepa dan sebagainya. Demikian pula pada
saat upacara dipuja, upakara-upakara, arca-arcca dan tempat pemujaan
(Sura, 1999: 25).
Kata Siva berarti: Yang
memberikan keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka
memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang,
membahagiakan dan
sejenisnya (Monier, 1993: 1074). Sang Hyang Siva di dalam
menggerakkan hukum kemahakuasaan-Nya di dukung oleh saktinya Durga
atau Parvati. Hyang Siva adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur
kembali (aspek pralaya atau praline dari alam semesta dan segala
isinya). Siva yang sangat ditakuti disebut Rudra (yang suaranya
menggelegar dan menakutkan). Siva yang belum kena pengaruh Maya
(berbagai sifat seperti guna, sakti dan svabhawa) disebut
paramasiva, dalam
keadaan ini disebut juga Acintyarupa atau niskala dan tidak berwujud
( Impersonal God).
Kata Brahman (adalah bentuk
neutrum dari Brahma) yang berarti: yang tumbuh berkembang, berevlusi,
yang betambah besar, yang meluap dari dirinya, dan sejenisnya
(Ibid:737). Ciptaanya muncul dari dirninya, seperti halnya Veda
muncul dari nafasnya. Kemahakuasaan Hyang Brahma sebagai pencipta
jagat raya di dukung oleh saktinya yang disebut sarasvati, dewi
pengetahuan dan kebijaksanaan yang memberikan inspirasi untuk
kebajikan umat manusia. Bila disebut sebagai brahma , maka ia adalah
manifestasi utama Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, dengan
demikian Brahma saat ini adalah Tuhan yang Berpribadi (personal God).
Brahma digambarkan berwajah empat (Caturmukha) dan lain-lain. Dengan
demikian Hyang Widhi adalah Brahman, Tuhan yang tidak berwujuddalam
alam pikiran manusia (Impersinal God), sedang disebut brahma, ketika
ia telah mengambil wujud (personal God) dalam menciptakan alam
semesta beserta segala isinya.
Manifestasi utama-Nya adala
Visnu. Visnu manifestasi Tuhan Ynag Maha Esa memelihara jagat raya
dan segala isinya. Ia yang menghidupkan segalanya. Kata Visnu
berarti: pekerja, yang meresapi segalanya dan sejenisnya (Ibid:999).
Kemahakuasaan Sang Hyang Visnu dalam memelihara alam semesta beserta
segala isinya didukung oleh saktinya yang bernama Sri dan Laksmi.
Berdasarkan uraian diatas,
jelaslah bagi kita bahwa Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan yang maha esa,
ia disebut juga Brahman (dalam bentuk Neutrum), Brahma (dalam bentuk
maskulinum), sebagai sang hyang Siva (yang maha pemurah) dan berbagai
nama lainnya. Bila Tuhan Yang Maha Esadi puja dengan
anekapersembahan, maka ia dipuja sebagai Tuhan Yang Personal, yang
berpribadi.
- Devo danad va dipanad va dyotanad
Va
dyusthano bhavati itiva.
Nirukta
VII.15.
Artinya:
(Dewa adalah yang memberikan
sesuatu kepada manusia (Kiranya dapat dibandingkan dengan lady dalam
bahasa inggris yang asalnya berarti tukang remas bahan roti).
Demikian pula kata Lord yang pada mulanya berarti penjaga roti).
Tuhan Yang Maha Esa disebut dewa oleh karena ia memberikan segala isi
ala mini. Matahari, langit dan Bulan adalah dewa-dewa oleh karena
mereka memberikan cahaya kepada semua ciptaanya. Seorang terpelajar
(Acarya /rsi) adalah juga dewa karena ia memberikan ilmu kepada
murid-muridnya (Vidvamso hi devah).
- Matrdevo bhava pitrdevobhava
Acaryadevo
bhava atithidevo bhava.
Taittiriya
Up.I.11.
Artinya:
(Seorang Ibu adalah Dewa,
seorang bapak adalah dewa, seprang guru adalah juga dewa dan para
tamupun adalah dewa).
Ulasan:
Menurut
terjemahan diatas maka keempat dewa itu adalah para dewa yag
mempunyai badan kasar (Dayananda Sarasvati, 1981:93)Bila kita kaji
berdasarkan gramatika bahasa sansekerta antara kata dewa dan devata
itu mempunyai pengertian yang sama. Kata Devata dibentuk degan
penambahan kata tal pada kata dasar deva (deva+tal +r A.P =
deva+ta+a) sebagai penekan menurut Astadhyayi karya Panini, tanpa
mengubah arti atau makna dari kedua kata itu sebagai dinyatakan dalam
ungkapan berikut: deva + tal = devata (astadhyayi V.4.27).
Menurut
Svami Dayananda Sarasvati, matahari dan yang lainnya tidak dapat
menyinari Tuhan Yang Maha Esa. Matahari dan benda-benda yang bersiar
lainnya memperoleh sinar dari Tuhan Yang Maaha Esa, yakni ia yang
bersinar dengan sendirinya. Sinar padabenda-benda langit itu sangat
tergantung kepada-Nya. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa
sesungguhnya adalah devata tertinggi yang sepatutya menerima bhakti
dan pemujaan kita (Dayananda Sarasvati, 1981:84).
- Tvamagna indro vrsabhah satamasi
Tvam
visnur urugayo namasyah
Tvam
brahma rayivid brahmanaspate
Tvam
vidhartah sacase purandhya (3).
Tvam
agne raja varuno dhrtavratas
Tvam
mitro bhavasi dasma idyah,
Tvamaryama
satpatiryasya sambhujam
Tvamamso
vidhate deva bhajayuh (4).
Tvam
agne aditir deva disuse
Tvam
hotra bharati vardhase gira,
Tvamila
satahimasi daksase
Tvam
vrtraha vasupate sarasvati (II)
Rgveda
II. 1.3.4.11.
Artinya:
(Engkau adalah agni, Indra,
pahlawan dari semua pahlaawan. Engkau adalah Visnu, yang langkahnya
agung yang hamba puja. Engkau adalah Brahmanaspati, brahma yang
memiliki seluruh kekayaan, engkau menyangga segala yang hamba cintai
dan memohon kebijaksanaan (3)).
Engkau adalah Agni , engakau
adalah maharaja Varuna, penguasa hukum yang sangat adil. Engkau
adalah Mitra, pekerja yang mengagumkan yang hamba puja. Engkau adalah
Aryama, devata para pahlawan yang menambahkan kekayaan kepada semua
orang. Engkau Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud-Mu sebagai Amsa yang
bebas dalam persidangan agung (4).
Ya Tuhan Yang Maha Esa ,
engkau adalah Agni, Aditi devata yang menerima persembahan kami.
Engkau adalah Hotra Bhatari, Pandita Agung dan Dewi kebudayaan,
engkau adalah yang diagungkan oleh ribuan umat mausia dimusim salju.
Engkau adalah penganugrah kekayaan, pembunuh raksasa Vrtra, dan
Sarasvati, dewi ilmu pengetahuan dan kebijakan (11).
Ulasan:
Dalam mantra-mantra diatas, Dewa
Agni diidentikkan dengan semua devata yang lain, baik dewa maupun
dewi. Ini menunjukkan bahwa semua dewa-dewa (devata) adalah nama yang
ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang MahaTunggal.
- Ayam eka itya pururu casthevi visatih
Tasyan
vratanyanu vas caramasi.
Rgveda
VIII.25.26.
Artinya:
(Disini Tuhan Yang Maha Esa ,
Rajanya umat manusia, yang terlihat membentang terus, jauh dan luas,
untuk kesejahteraan hidupmu, ikutilah hukum-hukum-Nya)
- …mahad devanam asuratvam ekam.
RgVeda III.55.1.
Artinya:
(Maha Esa dan Maha Agung
adalah yang Tunggal gemerlapan).
Ulasan:
Berdasarkan
ketipan mantra-mantra Veda diatas, jelaslah bagi kita bahwa Ketuhanan
dalam Veda adalah Maha Esa.
Sloka dalam Etika
- Te ‘vardhanta svatavaso mahitvana
Nakam
tasthur uru cakrire sadah
Rgveda
I.85.7
Artinya:
Dengan usaha sendiri mereka
jadi percaya diri. Berhasillah menuju rumah sendiri dan sorga.
Ulasan:
Percaya diri adalah keyakinan
yang menghantarkan umatnya menuju keberhasilan. Orang yang percaya
diri tidak akan ragu melakukan tindakan yang benar. Kepercayaan diri
adalah pertolongan yang menyelamatkan umat manusia. Kepercayaan diri
akan tumbuh dan berkembang jika kita memiliki wawasan yang luas
terhadap kebenaran, kebajikan dan keluhuran budhi.
- A) Svasti pantham anu carema
Suryacandramasav iva
Punar dadataghnata
Janata sam gamemahi
Rgveda V.51.15
Artinya:
Mari berjalan pada jalan yang
benar, seperti jalannya matahari dan bulan. Bergaullah dengan orang
yang murah hati, dan dengan orang yang berpengetahuan tinggi.
B)
Aristah sa marto visva
edhate
pra prajabhirjayate dharmanas
pari
yamadityaso nayatha sunitibhir
ati
visvani durita svastaye
Rgveda
X.63.13
Artinya:
Manusia yang beralih dari
kejahatan, kembali ke jalan yang berbudi, akan diberkahi dengan
kemakmuran, diberi keturunan yang berbudi luhur.
C)
Akarma te svapaso abhuma
Rlam avasran usaso vibhatih
Visvam tad bhadram yad Avanti
devah
Brhad vadena vidathe suvirah
Atharvaveda
XVIII.3.24
Artinya:
Kami yang berbuat yang berbudi
baik, fajar bersinar menurut hukum alam, bimbingan Tuhan sangat
berguna bagi kami, kami senang mempelajari ilmu pengetahuan.
D)
Vayam id vah sudanavah
Ksiyanto
yanto adhvanna
Deva vrdhaya humahe
Rgveda
VIII.83.6
Artinya:
Ya Tuhan, Yang maha pemurah,
kami berusaha mengikuti jalan kebajikan, mohon agar kami diberi
kemakmuran.
Ulasan:
Manusia hendaknya selalu
mengikuti jalan yang benar, jalan kebajikan. Siapa saja yang berjalan
di jalan yang benar di pastikan akan memperoleh kemakmuran, jasa dan
kebajikan. Untuk itu dekatkanlah diri kepada Tuhan agar selalu
memperoleh bimbingan-Nya. Dengan meyakini jalan kebenaran,
kebajikannya akan melenyapkan kesusahan.
- Sa idbhajo yo grhave
Dadatyannakamaya
carate krsaya
Aramasmai
bhavati yamahuta
Utaparisu
krnute sakhayam
Rgveda
X.117.3
Artinya:
Mari memberi derma dengan
kemurahan hati, kepada orang-orang miskin dan pengemis, rejeki akan
di dapat untuk menghadapi bencana, banyak sahabat yang akan membantu.
Ulasan:
Keluhuran budi hanya bisa
tercipta dengan perbuatan yang baik dan mulia. Dengan menolong orang
miskin dan membantu pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu, dapat
mengembangkan keluhuran budi. Keluhuran budi akan menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat dikemudian hari.
- Tivro vo madhumam ayam sunarhortre
Su
matsarah etam pibata kamyam
Rgveda
II.41.14
Artinya:
Berbahagialah mereka yang
menghormati orang tuanya, berbahagialah mereka yang menguasai ilmu
pengetahuan.
Ulasan:
Salah satu dari tiga jenis hutang
manusia adalah hutang kepada orang tua. Tetapi dalam praktek sering
orang melupakan masalah ini. Selagi orang tuanya hidup sering kali
orang tuanya sseperti tidak ada yang mengurus, tidak ada yang
memperhatikan. Baru setelah meninggal, anak-anaknya seperti berebut
untuk menghaturkan sembah bhakti. Hal ini sebenarnya kurang tepat.
Seyogyanya apakah masih hidup ataukah sudah meninggal, anak-anaknya
harus selalu hormat kepada oang tuanya. Hormat kepada orang tua akan
menghantarkan umat manusia ke kemakmuran dan kebahagiaan.
- Nainam prapnoti saphato
Na
krtya nabhisocanam
Nainam
viskandhamasnute
Yastva
bibhartyanjana
Atharvaveda
IV.9.5
Artinya:
Percaya kepada Tuhan
menyebabkan tak mudah marah, Percaya kepada Tuhan tidak akan
menyakiti mahluk lain, mereka juga tidak akan mendapatkan kesedihan,
hidup mereka akan terlepas dari kesulitan.
Ulasan:
Manusia hendaknya percaya
terhadap Tuhan. Percaya kepada Tuhan berarti dia menerima Tuhan
sebagai pelindungnya. Orang yang berada dalam perlindungan Tuhan akan
memandang suka dan duka itu sama saja. Karena itu mereka tidak akan
pernah bersedih atau susah. Mereka lalu mudah mengendalikan diridan
tidak akan mudah menjadi marah. Orang itupun tidak akan mudah
menyakiti mahluk lainnya.
- Drte drm ha ma mitrasya ma caksusa
Sarvani
bhutani samiksantam
Mitrasyaham
caksusa sarvani bhutani
Samikse
mitrasya caksusa samiksamahe
Yajurveda
XXXVI.18
Artinya:
Ya
Tuhan penghancur semua kegelapan, semoga semua memandang kami sebagai
sahabat, semoga kami memandang mereka sebagai sahabat, Teguhkanlah
kami dalam keyakinan ini.
Ulasan:
Semua
manusia hendaknya mampu melihat orang lain sebagai sahabat. Sebagai
sahabat, maka tentu mereka tidak akan saling membenci. Dengan
demikian semua kemarahan, permusuhan, kedengkian dan kebencian akan
hilang, sehingga kita tidak perlu mengeluarkan tenaga yang sia-sia
untuk memikirkan yang tidak-tidak.
- Anityam yauvanam
Rupamanityo
dravyasamcayah
Anityah
priyasamyogastasmad
Dharmam
samacaret
Sloka
4
Artinya:
Keremajaan
dan kecantikan itu tidak kekal, kekayaan itu juga tidak langgeng,
hubungan dengan kekasihpun tidak kekal, carilah kebenaran karena
itulah yang langgeng.
Ulasan:
Didunia
ini sesungguhnya tidak ada yang langgeng kecuali kebenaran. Kekayaan
tidak langgeng. Kremajaan dan binta kasihpun tidak kekal. Yang kekal
adalah perbuatan atau karma yang baik dan yang buruk. Karena itu
manusia hendaknya selalu berpegang kepada kesusilaan atau perbuatan
yang baik, berpegang kepada kebenaran itu.
- Yo dharmasilo jitmanoroso
Vidyavinito
na paropatapi
Na
tasya loke bhayamasti kincit
Sloka 6.
Artinya:
Manusia
yang setia pada kewajiban, mengatasi kesombongan and kemarahan,
manusia yang bijaksana dan rendah hati, manusia yang puas dan setia
kepada isterinya, baginya tidak perlu ada yang ditakuti di sunia.
Ulasan:
Manusia
harus setia melaksanakan ajaran dharma. Mereka harus teguh
menjalankan kebenaran, tidak boleh sombong. Manusia juga harus
mendalami ilmu tentang ajaran susila, mengetahui mana yang baik dan
mengetahui mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Manusia hendaknya juga tidak menyakiti orang lain. Dengan
memahami semua itu, maka orang itu tidak akan mengenal rasa takut.
Iapun tidak boleh mengutuk orang yang berbuat jahat kepadanya. Jika
sudah demikian orang itu akan dikatakan sebagai manusia utama.
- Dvijatirabhivyakhyata
Devatanamanugraha
Prabhusca
yogayuktasca
Catvaro
‘vyabhicarinah
Sloka 11
Artinya:
Keempat ini tak pernah goyah
dari kebenaran, brahmana yang sudah mendalami ajaran veda, orang yang
telah mengerti intisari ajaran agama, orang yang berkuasa atas Negara
dan rakyatnya, mencapai yoga tertinggi, ajaran agama yang sempurna.
Ulasan:
Manusi seyogyanyalah dapat
dipercaya. Hidup tanpa kepercayaan adalah kegagalan. Yang terpenting
adalah kepercayaan kepada diri sendiri.Setelah kita percaya kepada
diri kita sendiri, maka kita akan dipercaya oleh orang lai. Jika anda
sendiri tidak percaya kepada diri anda, maka pastilah tidak ada orang
lain yang percaya kepada anda. Setelah percaya kepada diri sendiri,
baru percaya kepada orang lain. Orang lain yang harus dipercaya itu
terutama adalah brahmana yang sudah mendalami ajaran veda, orang yang
sudah mengerti intisari ajaran agama, orang yang berkuasa atas Negara
dan rakyatnya dan orang yang telah mencapai tingkat yogs tertinggi
dan mengerti dengan sempurna ajaran-ajaran agama.
- Tithau dasagunam danam
Grahane
satameva ca
Kanyagate
sahasrani
Anantam
yugantakale
Sloka
17.
Artinya:
Jika
diberikan dibulan purnama dna bulan mati pahalanya sepuluh kali, jika
diberikan waktu gerhana, pahalanya seratus kali, jika diberikan
dihari suci pahalanya seribu kali, Jika diberikan pada akhir yuga
pahalanya tidak terbatas.
Ulasan:
Dana
diberikan kepada orang yang membutuhkan bantuan. Asalkan dapat
memenuhi keperluannya, maka tentu pemberian dana itu akan sangat
berfaedah. Yang penting bukan jumlahnya tetapi adalah manfaatnya bagi
yangmenerima. Disamping itu pemberian dana haruslah disampaikan
dengan hati yang tulus iklas. Sedangkan sumber dana diberikan itu
hendaknya berasal dari sumber yang halal, maksudnya tidak berasal
dari mencuri, merampok, dan lain perbuatan yang sejenisnya.
Selanjutnya mengenai waktu penyampaiannya perlu diperhatikan juga,
sebab pahalanya sangat tergantung dari waktu pemberian dana itu.
Waktu pemberian dana yang dianggap baik adalah ketika disampaikan
pada saat bula purnama, bulan mati, gerhana bulan atau gerhana
matahari. Pemberian dana pada waktu-waktu tersebut akan memberikan
pahala yang cukup besar.
Sloka
dalam Upacara
- ‘rsi yajnam dewa yajnam bhuta yajnam ca sarwada,
Nryajnam
pitra yajnam ca yatha sakti na hapayet’
(dalam
Subagiasta, 1993:116)
Atinya:
Hendaknya
jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah rsi yajna, dewa yajna,
bhuta yajna, manusa yajna dan pitra yajna.
- Aphalakaanksibhir yadnyo
Vidhi drsto ya ijyate
Yastavyam eveti manah
Samaadaya sa saatvikah
(Bhagavad Gita, XVII.11)
Artinya:
Yadnya yang dilakukan menurut
petunjuk kitab suci (vidhi drstah), dilakukan dengan ikhlas, yang
sepenuhnya dipercaya bahwa yadnya itu sebagai suatu kewajiban suci.
Yadnya yang demikian itu tergolong Satvika Yadnya.
pitryapastu tarpanam,
homo
daiwo balikbaurto,
nryajna
‘tihti pujanam.”
|
|
Menawa
Dharmasastra III.70
Artinya
:
Mengajar dan belajar adalah
Yadnya bagi Brahmana, menghaturkan minyak, susu adalah Yadnya untuk
para Dewa, menghaturkan bali adalah Yadnya untuk para bhuta, dan
penerimaan tamu dengan ramah.
Ulasan:
1. Dewa
Yadnya, adalah Yadnya
yang ditujukan untuk para Dewa.Asal kata Dewabersal dari bahasa
Sanskrit “Div” yang artinya sinar suci, jadi pengertian Dewa
adalah sinar suci yang merupakan manifestasi dari Tuhan yang oleh
umat Hindu di Bali menyebutnya Ida Sanghyang Widhi Wasa.
2. Rsi
Yadnya, adalah Yadnya
yang ditujukan kepada brahmana atau para Rsi.
Rsi
artinya orang suci sebagai rokhaniawan bagi masyarakat Umat Hindu di
Bali.
3. Pitra
Yadnya, adalah Yadnya
yang ditujukan pada leluhur.
Pitra
artinya arwah manusia yang sudah meninggal.
4. Bhuta
Yadnya, adalah Yadnya
yang ditujukan kepada para Bhuta Kala.
Bhuta
artinya unsur-unsur alam.
5. Manusa
Yadnya, adalah Yadnya
yang ditujukan pada manusia. Manusia yang hidup di dunia terutama
yang beragama hindu selalu melaksanakan yang namanya manusa yadnya
(saling menghargai antar sesama manusia dan juga beramah tamah
terhadap sesama)
- “Rahayu pahalaya yan mangkana, sadadyani kaya olih sadya kaduluran Whidi, haywa enam ngutpati Dewa astiti ring Sang Hyang Widhi.”
Tatwa
Kusuma Dewa
Artinya:
.
“selamat phalanya bila telah demikian seluruh sanak keluarga
memperoleh penghasilan dikarunia Tuhan. Janganlah ragu-ragu ber
Yadnya pada Dewa dan berbakti Pada Tuhan.”
- “Hana rajya tulya kendran,
Kawehan sang Mahardidhika
susila,
Ringayoodya subhageng rat,
Yeka kadarwanirang nrepi.”
kitab Ramayana syair bait II
Artinya:
“Ada kerajaan bagaikan
sorga, banyak disana orang arif budi luhur di sana pada keratin
Ayodya yang sangat terkenal, itulah keratin beliau raja (Dasarata).
Ulasan:
Berkenaan dengan hal di atas kita
harus menyadari bahwa untuk dapat mengambil bagian dalam hidup ini
melaksanakan Rsi Yadnya maka kita harus mengemukakan cara-cara untuk
melaksanakannya. Langkah yang dapat dilaksanakan sebagai amalan Rsi
Yadnya. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
a)
Hormat bakti kepada para Brahmana termasuk sikap pelaksanaan Rsi
Yadnya
b)
Memberikan tuntunan kepada calon sulinggih
c)
Menobatkan seorang sulinggih
d)
Memberikan punia kepada para Rsi pada hari-hari tertentu
e)
Menghaturkan daksina kepada para Rsi pada hari-hari tertentu
f)
Tekun mempelajari kitab-kitab suci
g)
Memperingati hari Saraswati
h)
Mengembangkan dan menyebarkan ajaran Weda
- “Yam matapitaram klecam seheta sambhawe.
Nrnam na tasya niskrtih
Cakya kartum warsa
catairapi”.
Manu Smrti 11.227
Artinya:
Penderitaan yang diabaikan
oleh Bapak dan Ibu pada waktu lahir anak (bayi) tidak dapat dibayar
walaupun dalam waktu seratus tahun.
|
Kunti Yadnya
Artinya:
Ingatlah jasa-jasa leluhurmu
pada anak cucu serta pada seluruh sanak keluarga, patutlah membayar
segala hutangmu pada Ayah Ibu.
Ulasan:
Berdasarkan penjelasan di atas
kita gambarkan bahwa kita wajib membayar hutang itu pada orang
tua.Pembayaran hutang itu diwujudkan dalam bentuk Pitra Yadnya.
Wujud-wujud tersebut dapat berbentuk seperti di bawah ini:
a)
Menghormati orang tua atau leluhur
b)
Sedapat mungkin dapat menuruti nasehat orang tua
c)
Menjamin orang tua setelah usia lanjut, termasuk di dalamnya menjamin
makanan, kesehatan, atau hal yang menyangkut sandang pangan dan papan
d)
Mengajak orang tua bercakap-cakap sebagai cerminan cinta kasih
keluarga.
Sloka dalam Filasafat
- Patram puspam phalam toyam,
Yo me bhaktya prayacchati,
Tad aham bhaktyaupashitam,
Asnami prayatatmanah,
Bhagawadgita,adhyaya
IX, Sloka 26
Artinya:
Siapa saja yang sujud
kepadaku dengan persembahan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji
buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari
orangyang berhati seci (G. Pudja, 1993: 220).
Ulasan:
Bila
dicermati makna sloka diatas, bahwa Tuhan menciptakan segalanya.
Manusia hendaknya bersyukur Lakukan persembahan secara rutin dengan
tulus (nirmala) Persembahkan alam isi ala mini untuk mendapatkan
kebahagiaan bersama. Cintailah lingkungan. Jagalah lingkungan.
Lenyapkan dosa dan papa. Tumbuhkan kebahagiaan bersama (sarva hita).
Hormatilah Tuhan beserta segala isinya.Dalam pelaksanaan upacara
agama hindu, maka nama atau jenis upacaranya yang dilakukan idealnya
bahwa setiap umat hindu telah memahami makna upacara yang
dikandungny, juga bagaimana aturannya, sehingga pelaksanaan yajna itu
dapat berlangsung secara tertib dan lancar, Tuhan tidak selalu
meminta atau memaksa para umat pemujanya agar memenuhi segalanya,
akan tetapi kita sebagai pemuja Tuhan memberi apa yang kita punya dan
tidak dalam keadaan yang memaksa, Tuhan akan menerima setiap
pemberian para umatnya jika dilandasi dengan tulus dan iklas, walau
hanya sebiji buah, seteguk air serta sehelai daun dan bunga, Tuhan
tidak pernah memaksakan kehendak untuk berbuat yang lebih sulit, maka
apapun yanh kita punya patut kita persembahkan terlebih dahulu kepada
Tuhan sebagai Sang Pencipta.
materinya sangat bagus kk.
BalasHapusmenyangkut kehidupan dasar umat hindu
Materi yg di berikan sangan lengkap
BalasHapusAku suka sekali, membaca sekali saja aku sudah langsung mengerti
Om swastyastu.
BalasHapusRahayu makasih saudaraku pencarahannya