Minggu, 12 Januari 2014

veda III ulasan sloka-sloka


VEDA III
SLOKA SERTA ULASAN MENGENAI KETUHANAN, ETIKA, UPACARA DAN FILSAFAT DALAM KITAB SUCI AGAMA HINDU
Dosen Pengampu: PUTU SANJAYA S.Ag. M.pd.H




OLEH

LUH AYU LESTARI
Nim:10.1.1.1.1.3855


FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2013

VEDA III

ULASAN SLOKA-SLOKA DALAM KITAB SUCI AGAMA HINDU
Sloka dalam Ketuhanan:
  1. Purusa evedam sarvam
Yadbhutam yacca bhavyam
Utamrtatvasyesa no
Yadannenati rohati.

Rgveda X.90.2.
Artinya:
(Tuhan sebagai wujud kesadaran agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada. Ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan)
Ulasan:
Tuhan merupakan keuniversalan dari segala apa yang telah ada di dunia Bila kita megkaji Kitab Suci Veda maupun praktek keagamaan di India dan di Indonesia (Bali) maka Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan berbagai nama. Berbagai wujud digambarkan untuk Yang Maha Esa itu, walaupun Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud dalam pengertian materi maupun dalam jangkauan pikiran manusia, dan di dalam bahasa sansekerta disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia (Monier, 1993 : 9), dan dalam bahasa Jawa Kuno dinyatakan: “ Tan kagrahita dening manah mwang indriya” (Tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia).

Bila Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud, akan muncul pertanyaan mengapa dalam sistem pemujaan kita membuat bangunan suci, arca, pratima, pralingga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain. Bukankah semua bentuk perwujudan maupun persembahan itu ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud dalam pikiran manusia? Sebelum kita tinjau lebih jauh lagi membahas tentang Tuhan Yang Maha Esa, kita tinjau definisi atau pengertian tentang Tuhan Yang Maha Esa yang di kemukakan oleh maharsi Vyasa yang dikenal juga dengan nama Badarayana dalam bukunya: Brahmasutra, Vedantasastra atau vedantasara, sebagai berikut: Janmadyasya yatah (I.1.2), yang oleh Swami Sivananda (1977) diterjemahkan sebagai berikut: Brahman adalah asal muasal dari alam semesta dan segala isinya (janmadi= asal, awal, penjelmaan dan sebagainya, asya= dunia/alam semesta ini, yatah= dari padanya). Jadi menurut sutra (kalimat singkat dan padat) ini, Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Brahman ini merupakan asal muasal dari segalanya.Demikianlah pula, Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup.

  1. Yo bhutam cabhavyam ca
Sarvam yascadhitisthati,
Svar yasyaca kevalam tasmai
Jyesthaya Brahmane namah.

Atharvaveda X.8.1.
Artinya:
(Tuhan Yang Maha Esa hadir dimana-mana, asal dari segalanya yang telah ada dan yang akan ada. Ia penuh dengan rahmat dan kebahagiaan. Kami memuja Engkau, Tuhan Yang Maha Tinggi).

Ulasan:
Segala yag ada di dunia ini, merupakan perwujudan Tuhan yang Maha Esa, beliau yang selalu meresapi segala pelosok tempat, dan dapat menjangkau segala tempat, tidak terhalang langkahnya oleh siapapun, tidak terbatas oleh ruang dan waktu pada saat yang bersamaan. Oleh sebab itu beliau bersifat “ Wyapi-Wyapaka Nirwikara” artinya: Ada di mana-mana namun tidak terpengaruh oleh yang ada bahkan kepori-pori sudut terkecil pun beliau ada, maka dari itu kita sebagai salah satu ciptaannya harus saling menghargai segala ciptaan yang ada karena itu sesungguhnya adalah Tuhan.

  1. Narayana evedam sarvam
Yadbhutam yacca bhavyam,
Niskalanko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayano na dvitiyo’sti kascit.

Narayana Upanisad 2.
Artinya:
(Ya Tuhan Yang Maha Esa, dari engkaulah semua ini berasal dan kembali yang telah ada dan yang akan ada di alam raya ini. Hyang Widhi Maha Gaib, mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, maha suci (tidak ternoda), tidak terucapkan, tiada dua-nya).

Ulasan:
Dari pengertian diatas apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan Yang Tidak Terbatas itu tidaklah menjangkau kebesaran-Nya, maka dari itu ada yang menyebutkan yang tepat untuknya yakni Neti-Neti (Na+iti, na+iti) Bukan ini bukan itu. Semua yang ada dan yang tiada itu hanya bisa kembali ke Tuhan.Dengan demikian Sang Hyang Widhi adalah Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Tuhan sebagai Widhi disebut bersthana di luhuring akasa, yakni diatas angkasa, nan jauh disana, Tuhan yang mahasuci, beliau akan selalu memerciki sinar sucinya terhadap insan yang benar-benar memujanya. Memeberikan cahaya terang atau jalan yang baik bagi umat yang memujanya. Tuhan yang selalu memberikan kecemerlangan pikiran agar senantiasa pikiran yang tertuju terhadap beliau selalu jernih tanpa ada hal-hal yang kotor menyelimuti pikiran kita.

  1. Indram mitram varunam agnim ahur
Atho divyah sa suparno garutman,
Ekam sadvipra bahudhavadaty
Agnim yamam matarisvanam ahuh.

Rgveda I.164.46.

Artinya:
(Mereka menyebut-Nya dengan Indra, Mitra, Varuna dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, para maharsi (Viprah) memberinya banyak nama, mereka menyebut Indra, Yama, Matarisvan).

  1. Tad eva agnis tad adityas
Tad vayus tad u candramah,
Tad eva sukram tad brahma
Ta’apah sa prajapatih.

Yajurveda XXXII.1.

Artinya:
(Sesungguhnya Ia adalah Agni, Ia adalah Aditya, Ia adalah Vayu, Ia adalah Candrama, Ia adalah Sukra, Ia adalah Apah, Ia yang Esa adalah Prajapati).

  1. Dhatabjayonir druhino
Virancih kamalasanah,
Srasta prajapatir vedha
Vidhata visvasrtvidhih.
Widhi papincatan

Artinya:
(Brahma adalah Dhata (yang memegang atau menampilkan segala sesuatu), Abjayoni (yang lahir dari bunga teratai), Druhina (yang membunuh raksasa), Viranci (yang menciptakan), Kamalasana ( yang duduk diatas bunga teratai), Srsta (yang menciptakan), prajapati (raja dari semua mahluk/masyarakat), Vedha (ia yang menciptakan), Vidhata (yang menjadikan segala sesuatu), Visvasrt (ia yang menciptakan dunia) dan Vidhi berarti yang menciptakan atau yang menentukan, juga berarti yang mengadilinya (Vettam, 1975:155)
Ulasan:
Dibali kita telah temukan sebuah lontar bernama Widhi Papincatan yang berisi keputusan-keputusan hukum/ pengadilan semacm Yurisprudensi. Demikian pula nama lontar Widhisastra yang berarti pengetahuan tentang widhi (theology), dan juga lontar-lontar susastra jawa kuno lainnya. Pengertian Vidhi (dalam bahasa jawa kuno ditulis widhi) sebagai pencipta, aturan atau perintah tertinggi, tertib (aturan) alam semesta, nasib, penguasa tertinggi adalah sejalan dengan pengertian yang terdapat di dalam susatra veda.
Dengan demikian Sang Hyang Widhi adalah Tuhan sebagai pencipta alam semsta. Tuhan sebagai widhi tersebut bersthana di luhuring akasa yakni di angkasa. Dalam pengertian ini tentunya Tuhan Yang Maha Esa di gambarkan tidak berwujud (impersonal god).Kapan Sang Hyang Widhi dimohon turun hadir untuk menerimapersembahan, maka saat itu juga beliau telah terwujud dalam alam pikiran. Wujud-wujud utamanya itu disebut dengan Tri murti (Brahma, Wisu, siva)
Nama Sang Hyang Widhi ( Sang Hyang Widhi Wasa) berarti yang menakdirkan, yang maha kuasa yang dalam bahasa bali diterjemahkan dengan Sang Hyang Tuduh atau Sang Hyang Titah. Nama ini adalah nama yang amat umum, yang gambarannya lebih lanjut tidak disebut-sebut dalam sastra-sastra lontar. Bhatara Siwalah panggilannya dalam sastra-sastra lontar, yang gambarannya selalu kita jumpai baik dalam sastra-sastra agama , seperti pada lontar-lontar BhuwanaKosa, Wrhaspatitattva, Tatwajanana, Mahajnana, Ganapatitatwa, Bhuwanasanksepa dan sebagainya. Demikian pula pada saat upacara dipuja, upakara-upakara, arca-arcca dan tempat pemujaan (Sura, 1999: 25).
Kata Siva berarti: Yang memberikan keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya (Monier, 1993: 1074). Sang Hyang Siva di dalam menggerakkan hukum kemahakuasaan-Nya di dukung oleh saktinya Durga atau Parvati. Hyang Siva adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur kembali (aspek pralaya atau praline dari alam semesta dan segala isinya). Siva yang sangat ditakuti disebut Rudra (yang suaranya menggelegar dan menakutkan). Siva yang belum kena pengaruh Maya (berbagai sifat seperti guna, sakti dan svabhawa) disebut paramasiva, dalam keadaan ini disebut juga Acintyarupa atau niskala dan tidak berwujud ( Impersonal God).
Kata Brahman (adalah bentuk neutrum dari Brahma) yang berarti: yang tumbuh berkembang, berevlusi, yang betambah besar, yang meluap dari dirinya, dan sejenisnya (Ibid:737). Ciptaanya muncul dari dirninya, seperti halnya Veda muncul dari nafasnya. Kemahakuasaan Hyang Brahma sebagai pencipta jagat raya di dukung oleh saktinya yang disebut sarasvati, dewi pengetahuan dan kebijaksanaan yang memberikan inspirasi untuk kebajikan umat manusia. Bila disebut sebagai brahma , maka ia adalah manifestasi utama Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, dengan demikian Brahma saat ini adalah Tuhan yang Berpribadi (personal God). Brahma digambarkan berwajah empat (Caturmukha) dan lain-lain. Dengan demikian Hyang Widhi adalah Brahman, Tuhan yang tidak berwujuddalam alam pikiran manusia (Impersinal God), sedang disebut brahma, ketika ia telah mengambil wujud (personal God) dalam menciptakan alam semesta beserta segala isinya.
Manifestasi utama-Nya adala Visnu. Visnu manifestasi Tuhan Ynag Maha Esa memelihara jagat raya dan segala isinya. Ia yang menghidupkan segalanya. Kata Visnu berarti: pekerja, yang meresapi segalanya dan sejenisnya (Ibid:999). Kemahakuasaan Sang Hyang Visnu dalam memelihara alam semesta beserta segala isinya didukung oleh saktinya yang bernama Sri dan Laksmi.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bagi kita bahwa Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan yang maha esa, ia disebut juga Brahman (dalam bentuk Neutrum), Brahma (dalam bentuk maskulinum), sebagai sang hyang Siva (yang maha pemurah) dan berbagai nama lainnya. Bila Tuhan Yang Maha Esadi puja dengan anekapersembahan, maka ia dipuja sebagai Tuhan Yang Personal, yang berpribadi.

  1. Devo danad va dipanad va dyotanad
Va dyusthano bhavati itiva.

Nirukta VII.15.

Artinya:
(Dewa adalah yang memberikan sesuatu kepada manusia (Kiranya dapat dibandingkan dengan lady dalam bahasa inggris yang asalnya berarti tukang remas bahan roti). Demikian pula kata Lord yang pada mulanya berarti penjaga roti). Tuhan Yang Maha Esa disebut dewa oleh karena ia memberikan segala isi ala mini. Matahari, langit dan Bulan adalah dewa-dewa oleh karena mereka memberikan cahaya kepada semua ciptaanya. Seorang terpelajar (Acarya /rsi) adalah juga dewa karena ia memberikan ilmu kepada murid-muridnya (Vidvamso hi devah).



  1. Matrdevo bhava pitrdevobhava
Acaryadevo bhava atithidevo bhava.

Taittiriya Up.I.11.

Artinya:
(Seorang Ibu adalah Dewa, seorang bapak adalah dewa, seprang guru adalah juga dewa dan para tamupun adalah dewa).

Ulasan:
Menurut terjemahan diatas maka keempat dewa itu adalah para dewa yag mempunyai badan kasar (Dayananda Sarasvati, 1981:93)Bila kita kaji berdasarkan gramatika bahasa sansekerta antara kata dewa dan devata itu mempunyai pengertian yang sama. Kata Devata dibentuk degan penambahan kata tal pada kata dasar deva (deva+tal +r A.P = deva+ta+a) sebagai penekan menurut Astadhyayi karya Panini, tanpa mengubah arti atau makna dari kedua kata itu sebagai dinyatakan dalam ungkapan berikut: deva + tal = devata (astadhyayi V.4.27).
Menurut Svami Dayananda Sarasvati, matahari dan yang lainnya tidak dapat menyinari Tuhan Yang Maha Esa. Matahari dan benda-benda yang bersiar lainnya memperoleh sinar dari Tuhan Yang Maaha Esa, yakni ia yang bersinar dengan sendirinya. Sinar padabenda-benda langit itu sangat tergantung kepada-Nya. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya adalah devata tertinggi yang sepatutya menerima bhakti dan pemujaan kita (Dayananda Sarasvati, 1981:84).

  1. Tvamagna indro vrsabhah satamasi
Tvam visnur urugayo namasyah
Tvam brahma rayivid brahmanaspate
Tvam vidhartah sacase purandhya (3).

Tvam agne raja varuno dhrtavratas
Tvam mitro bhavasi dasma idyah,
Tvamaryama satpatiryasya sambhujam
Tvamamso vidhate deva bhajayuh (4).


Tvam agne aditir deva disuse
Tvam hotra bharati vardhase gira,
Tvamila satahimasi daksase
Tvam vrtraha vasupate sarasvati (II)

Rgveda II. 1.3.4.11.

Artinya:
(Engkau adalah agni, Indra, pahlawan dari semua pahlaawan. Engkau adalah Visnu, yang langkahnya agung yang hamba puja. Engkau adalah Brahmanaspati, brahma yang memiliki seluruh kekayaan, engkau menyangga segala yang hamba cintai dan memohon kebijaksanaan (3)).

Engkau adalah Agni , engakau adalah maharaja Varuna, penguasa hukum yang sangat adil. Engkau adalah Mitra, pekerja yang mengagumkan yang hamba puja. Engkau adalah Aryama, devata para pahlawan yang menambahkan kekayaan kepada semua orang. Engkau Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud-Mu sebagai Amsa yang bebas dalam persidangan agung (4).

Ya Tuhan Yang Maha Esa , engkau adalah Agni, Aditi devata yang menerima persembahan kami. Engkau adalah Hotra Bhatari, Pandita Agung dan Dewi kebudayaan, engkau adalah yang diagungkan oleh ribuan umat mausia dimusim salju. Engkau adalah penganugrah kekayaan, pembunuh raksasa Vrtra, dan Sarasvati, dewi ilmu pengetahuan dan kebijakan (11).

Ulasan:
Dalam mantra-mantra diatas, Dewa Agni diidentikkan dengan semua devata yang lain, baik dewa maupun dewi. Ini menunjukkan bahwa semua dewa-dewa (devata) adalah nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang MahaTunggal.

  1. Ayam eka itya pururu casthevi visatih
Tasyan vratanyanu vas caramasi.

Rgveda VIII.25.26.

Artinya:
(Disini Tuhan Yang Maha Esa , Rajanya umat manusia, yang terlihat membentang terus, jauh dan luas, untuk kesejahteraan hidupmu, ikutilah hukum-hukum-Nya)

  1. mahad devanam asuratvam ekam.

RgVeda III.55.1.
Artinya:
(Maha Esa dan Maha Agung adalah yang Tunggal gemerlapan).
Ulasan:
Berdasarkan ketipan mantra-mantra Veda diatas, jelaslah bagi kita bahwa Ketuhanan dalam Veda adalah Maha Esa.

Sloka dalam Etika

  1. Te ‘vardhanta svatavaso mahitvana
Nakam tasthur uru cakrire sadah

Rgveda I.85.7

Artinya:
Dengan usaha sendiri mereka jadi percaya diri. Berhasillah menuju rumah sendiri dan sorga.

Ulasan:
Percaya diri adalah keyakinan yang menghantarkan umatnya menuju keberhasilan. Orang yang percaya diri tidak akan ragu melakukan tindakan yang benar. Kepercayaan diri adalah pertolongan yang menyelamatkan umat manusia. Kepercayaan diri akan tumbuh dan berkembang jika kita memiliki wawasan yang luas terhadap kebenaran, kebajikan dan keluhuran budhi.

  1. A) Svasti pantham anu carema
Suryacandramasav iva
Punar dadataghnata
Janata sam gamemahi
Rgveda V.51.15

Artinya:
Mari berjalan pada jalan yang benar, seperti jalannya matahari dan bulan. Bergaullah dengan orang yang murah hati, dan dengan orang yang berpengetahuan tinggi.

B) Aristah sa marto visva edhate
pra prajabhirjayate dharmanas pari
yamadityaso nayatha sunitibhir
ati visvani durita svastaye

Rgveda X.63.13

Artinya:
Manusia yang beralih dari kejahatan, kembali ke jalan yang berbudi, akan diberkahi dengan kemakmuran, diberi keturunan yang berbudi luhur.

C) Akarma te svapaso abhuma
Rlam avasran usaso vibhatih
Visvam tad bhadram yad Avanti devah
Brhad vadena vidathe suvirah

Atharvaveda XVIII.3.24

Artinya:
Kami yang berbuat yang berbudi baik, fajar bersinar menurut hukum alam, bimbingan Tuhan sangat berguna bagi kami, kami senang mempelajari ilmu pengetahuan.

D) Vayam id vah sudanavah
Ksiyanto yanto adhvanna
Deva vrdhaya humahe

Rgveda VIII.83.6
Artinya:
Ya Tuhan, Yang maha pemurah, kami berusaha mengikuti jalan kebajikan, mohon agar kami diberi kemakmuran.

Ulasan:
Manusia hendaknya selalu mengikuti jalan yang benar, jalan kebajikan. Siapa saja yang berjalan di jalan yang benar di pastikan akan memperoleh kemakmuran, jasa dan kebajikan. Untuk itu dekatkanlah diri kepada Tuhan agar selalu memperoleh bimbingan-Nya. Dengan meyakini jalan kebenaran, kebajikannya akan melenyapkan kesusahan.

  1. Sa idbhajo yo grhave
Dadatyannakamaya carate krsaya
Aramasmai bhavati yamahuta
Utaparisu krnute sakhayam

Rgveda X.117.3
Artinya:
Mari memberi derma dengan kemurahan hati, kepada orang-orang miskin dan pengemis, rejeki akan di dapat untuk menghadapi bencana, banyak sahabat yang akan membantu.

Ulasan:
Keluhuran budi hanya bisa tercipta dengan perbuatan yang baik dan mulia. Dengan menolong orang miskin dan membantu pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu, dapat mengembangkan keluhuran budi. Keluhuran budi akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dikemudian hari.

  1. Tivro vo madhumam ayam sunarhortre
Su matsarah etam pibata kamyam

Rgveda II.41.14

Artinya:
Berbahagialah mereka yang menghormati orang tuanya, berbahagialah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan.

Ulasan:
Salah satu dari tiga jenis hutang manusia adalah hutang kepada orang tua. Tetapi dalam praktek sering orang melupakan masalah ini. Selagi orang tuanya hidup sering kali orang tuanya sseperti tidak ada yang mengurus, tidak ada yang memperhatikan. Baru setelah meninggal, anak-anaknya seperti berebut untuk menghaturkan sembah bhakti. Hal ini sebenarnya kurang tepat. Seyogyanya apakah masih hidup ataukah sudah meninggal, anak-anaknya harus selalu hormat kepada oang tuanya. Hormat kepada orang tua akan menghantarkan umat manusia ke kemakmuran dan kebahagiaan.

  1. Nainam prapnoti saphato
Na krtya nabhisocanam
Nainam viskandhamasnute
Yastva bibhartyanjana

Atharvaveda IV.9.5

Artinya:
Percaya kepada Tuhan menyebabkan tak mudah marah, Percaya kepada Tuhan tidak akan menyakiti mahluk lain, mereka juga tidak akan mendapatkan kesedihan, hidup mereka akan terlepas dari kesulitan.


Ulasan:
Manusia hendaknya percaya terhadap Tuhan. Percaya kepada Tuhan berarti dia menerima Tuhan sebagai pelindungnya. Orang yang berada dalam perlindungan Tuhan akan memandang suka dan duka itu sama saja. Karena itu mereka tidak akan pernah bersedih atau susah. Mereka lalu mudah mengendalikan diridan tidak akan mudah menjadi marah. Orang itupun tidak akan mudah menyakiti mahluk lainnya.

  1. Drte drm ha ma mitrasya ma caksusa
Sarvani bhutani samiksantam
Mitrasyaham caksusa sarvani bhutani
Samikse mitrasya caksusa samiksamahe

Yajurveda XXXVI.18

Artinya:
Ya Tuhan penghancur semua kegelapan, semoga semua memandang kami sebagai sahabat, semoga kami memandang mereka sebagai sahabat, Teguhkanlah kami dalam keyakinan ini.

Ulasan:
Semua manusia hendaknya mampu melihat orang lain sebagai sahabat. Sebagai sahabat, maka tentu mereka tidak akan saling membenci. Dengan demikian semua kemarahan, permusuhan, kedengkian dan kebencian akan hilang, sehingga kita tidak perlu mengeluarkan tenaga yang sia-sia untuk memikirkan yang tidak-tidak.

  1. Anityam yauvanam
Rupamanityo dravyasamcayah
Anityah priyasamyogastasmad
Dharmam samacaret

Sloka 4



Artinya:
Keremajaan dan kecantikan itu tidak kekal, kekayaan itu juga tidak langgeng, hubungan dengan kekasihpun tidak kekal, carilah kebenaran karena itulah yang langgeng.


Ulasan:
Didunia ini sesungguhnya tidak ada yang langgeng kecuali kebenaran. Kekayaan tidak langgeng. Kremajaan dan binta kasihpun tidak kekal. Yang kekal adalah perbuatan atau karma yang baik dan yang buruk. Karena itu manusia hendaknya selalu berpegang kepada kesusilaan atau perbuatan yang baik, berpegang kepada kebenaran itu.

  1. Yo dharmasilo jitmanoroso
Vidyavinito na paropatapi
Na tasya loke bhayamasti kincit
Sloka 6.

Artinya:
Manusia yang setia pada kewajiban, mengatasi kesombongan and kemarahan, manusia yang bijaksana dan rendah hati, manusia yang puas dan setia kepada isterinya, baginya tidak perlu ada yang ditakuti di sunia.

Ulasan:
Manusia harus setia melaksanakan ajaran dharma. Mereka harus teguh menjalankan kebenaran, tidak boleh sombong. Manusia juga harus mendalami ilmu tentang ajaran susila, mengetahui mana yang baik dan mengetahui mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Manusia hendaknya juga tidak menyakiti orang lain. Dengan memahami semua itu, maka orang itu tidak akan mengenal rasa takut. Iapun tidak boleh mengutuk orang yang berbuat jahat kepadanya. Jika sudah demikian orang itu akan dikatakan sebagai manusia utama.

  1. Dvijatirabhivyakhyata
Devatanamanugraha
Prabhusca yogayuktasca
Catvaro ‘vyabhicarinah
Sloka 11
Artinya:
Keempat ini tak pernah goyah dari kebenaran, brahmana yang sudah mendalami ajaran veda, orang yang telah mengerti intisari ajaran agama, orang yang berkuasa atas Negara dan rakyatnya, mencapai yoga tertinggi, ajaran agama yang sempurna.
Ulasan:
Manusi seyogyanyalah dapat dipercaya. Hidup tanpa kepercayaan adalah kegagalan. Yang terpenting adalah kepercayaan kepada diri sendiri.Setelah kita percaya kepada diri kita sendiri, maka kita akan dipercaya oleh orang lai. Jika anda sendiri tidak percaya kepada diri anda, maka pastilah tidak ada orang lain yang percaya kepada anda. Setelah percaya kepada diri sendiri, baru percaya kepada orang lain. Orang lain yang harus dipercaya itu terutama adalah brahmana yang sudah mendalami ajaran veda, orang yang sudah mengerti intisari ajaran agama, orang yang berkuasa atas Negara dan rakyatnya dan orang yang telah mencapai tingkat yogs tertinggi dan mengerti dengan sempurna ajaran-ajaran agama.

  1. Tithau dasagunam danam
Grahane satameva ca
Kanyagate sahasrani
Anantam yugantakale

Sloka 17.
Artinya:
Jika diberikan dibulan purnama dna bulan mati pahalanya sepuluh kali, jika diberikan waktu gerhana, pahalanya seratus kali, jika diberikan dihari suci pahalanya seribu kali, Jika diberikan pada akhir yuga pahalanya tidak terbatas.

Ulasan:
Dana diberikan kepada orang yang membutuhkan bantuan. Asalkan dapat memenuhi keperluannya, maka tentu pemberian dana itu akan sangat berfaedah. Yang penting bukan jumlahnya tetapi adalah manfaatnya bagi yangmenerima. Disamping itu pemberian dana haruslah disampaikan dengan hati yang tulus iklas. Sedangkan sumber dana diberikan itu hendaknya berasal dari sumber yang halal, maksudnya tidak berasal dari mencuri, merampok, dan lain perbuatan yang sejenisnya. Selanjutnya mengenai waktu penyampaiannya perlu diperhatikan juga, sebab pahalanya sangat tergantung dari waktu pemberian dana itu. Waktu pemberian dana yang dianggap baik adalah ketika disampaikan pada saat bula purnama, bulan mati, gerhana bulan atau gerhana matahari. Pemberian dana pada waktu-waktu tersebut akan memberikan pahala yang cukup besar.

Sloka dalam Upacara

  1. rsi yajnam dewa yajnam bhuta yajnam ca sarwada,
Nryajnam pitra yajnam ca yatha sakti na hapayet’

(dalam Subagiasta, 1993:116)
Atinya:
Hendaknya jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah rsi yajna, dewa yajna, bhuta yajna, manusa yajna dan pitra yajna.


  1. Aphalakaanksibhir yadnyo
Vidhi drsto ya ijyate
Yastavyam eveti manah
Samaadaya sa saatvikah

(Bhagavad Gita, XVII.11)
Artinya:
Yadnya yang dilakukan menurut petunjuk kitab suci (vidhi drstah), dilakukan dengan ikhlas, yang sepenuhnya dipercaya bahwa yadnya itu sebagai suatu kewajiban suci. Yadnya yang demikian itu tergolong Satvika Yadnya.
  1. Adhyapanam brahma Yajnah,
pitryapastu tarpanam,
homo daiwo balikbaurto,
nryajna ‘tihti pujanam.”

Menawa Dharmasastra III.70


Artinya :
Mengajar dan belajar adalah Yadnya bagi Brahmana, menghaturkan minyak, susu adalah Yadnya untuk para Dewa, menghaturkan bali adalah Yadnya untuk para bhuta, dan penerimaan tamu dengan ramah.
Ulasan:
1.  Dewa Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan untuk para Dewa.Asal kata Dewabersal dari  bahasa Sanskrit “Div” yang artinya sinar suci, jadi pengertian Dewa adalah sinar suci yang merupakan manifestasi dari Tuhan yang oleh umat Hindu di Bali menyebutnya Ida Sanghyang Widhi Wasa.
2.   Rsi Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan kepada brahmana atau para Rsi.
Rsi artinya orang suci sebagai rokhaniawan bagi masyarakat Umat Hindu di Bali.
3.   Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan pada leluhur.
Pitra artinya arwah manusia yang sudah meninggal.
4.   Bhuta Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan kepada para Bhuta Kala.
Bhuta artinya unsur-unsur alam.
5.  Manusa Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan pada manusia. Manusia yang hidup di dunia terutama yang beragama hindu selalu melaksanakan yang namanya manusa yadnya (saling menghargai antar sesama manusia dan juga beramah tamah terhadap sesama)



  1. Rahayu pahalaya yan mangkana, sadadyani kaya olih sadya kaduluran Whidi, haywa enam ngutpati Dewa astiti ring Sang Hyang Widhi.”

Tatwa Kusuma Dewa


Artinya:
. “selamat phalanya bila telah demikian seluruh sanak keluarga memperoleh penghasilan dikarunia Tuhan. Janganlah ragu-ragu ber Yadnya pada Dewa dan berbakti Pada Tuhan.”

  1. Hana rajya tulya kendran,
Kawehan sang Mahardidhika susila,
Ringayoodya subhageng rat,
Yeka kadarwanirang nrepi.”

kitab Ramayana syair bait II
Artinya:
Ada kerajaan bagaikan sorga, banyak disana orang arif budi luhur di sana pada keratin Ayodya yang sangat terkenal, itulah keratin beliau raja (Dasarata).


Ulasan:
Berkenaan dengan hal di atas kita harus menyadari bahwa untuk dapat mengambil bagian dalam hidup ini melaksanakan Rsi Yadnya maka kita harus mengemukakan cara-cara untuk melaksanakannya. Langkah yang dapat dilaksanakan sebagai amalan Rsi Yadnya. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
a)      Hormat bakti kepada para Brahmana termasuk sikap pelaksanaan Rsi Yadnya
b)      Memberikan tuntunan kepada calon sulinggih
c)      Menobatkan seorang sulinggih
d)     Memberikan punia kepada para Rsi pada hari-hari tertentu
e)      Menghaturkan daksina kepada para Rsi pada hari-hari tertentu
f)       Tekun mempelajari kitab-kitab suci
g)      Memperingati hari Saraswati
h)      Mengembangkan dan menyebarkan ajaran Weda



  1. Yam matapitaram klecam seheta sambhawe.
Nrnam na tasya niskrtih
Cakya kartum warsa catairapi”.

Manu Smrti 11.227

Artinya:
Penderitaan yang diabaikan oleh Bapak dan Ibu pada waktu lahir anak (bayi) tidak dapat dibayar walaupun dalam waktu seratus tahun.


  1. Kengetakna grtrani kawitanta,Tkeng anak putunta sukulaBretya nucara, me pwakitaPanahura hutanganta ring yayah bibi, panebusaning sarirakret ngaranya kasampurna dening yasa sembanta”.







Kunti Yadnya

Artinya:
Ingatlah jasa-jasa leluhurmu pada anak cucu serta pada seluruh sanak keluarga, patutlah membayar segala hutangmu pada Ayah Ibu.

Ulasan:
Berdasarkan penjelasan di atas kita gambarkan bahwa kita wajib membayar hutang itu pada orang tua.Pembayaran hutang itu diwujudkan dalam bentuk Pitra Yadnya. Wujud-wujud tersebut dapat berbentuk seperti di bawah ini:
a)      Menghormati orang tua atau leluhur
b)      Sedapat mungkin dapat menuruti nasehat orang tua
c)      Menjamin orang tua setelah usia lanjut, termasuk di dalamnya menjamin makanan, kesehatan, atau hal yang menyangkut sandang pangan dan papan
d)     Mengajak orang tua bercakap-cakap sebagai cerminan cinta kasih keluarga.

Sloka dalam Filasafat

  1. Patram puspam phalam toyam,
Yo me bhaktya prayacchati,
Tad aham bhaktyaupashitam,
Asnami prayatatmanah,

Bhagawadgita,adhyaya IX, Sloka 26
Artinya:
Siapa saja yang sujud kepadaku dengan persembahan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orangyang berhati seci (G. Pudja, 1993: 220).
Ulasan:
Bila dicermati makna sloka diatas, bahwa Tuhan menciptakan segalanya. Manusia hendaknya bersyukur Lakukan persembahan secara rutin dengan tulus (nirmala) Persembahkan alam isi ala mini untuk mendapatkan kebahagiaan bersama. Cintailah lingkungan. Jagalah lingkungan. Lenyapkan dosa dan papa. Tumbuhkan kebahagiaan bersama (sarva hita). Hormatilah Tuhan beserta segala isinya.Dalam pelaksanaan upacara agama hindu, maka nama atau jenis upacaranya yang dilakukan idealnya bahwa setiap umat hindu telah memahami makna upacara yang dikandungny, juga bagaimana aturannya, sehingga pelaksanaan yajna itu dapat berlangsung secara tertib dan lancar, Tuhan tidak selalu meminta atau memaksa para umat pemujanya agar memenuhi segalanya, akan tetapi kita sebagai pemuja Tuhan memberi apa yang kita punya dan tidak dalam keadaan yang memaksa, Tuhan akan menerima setiap pemberian para umatnya jika dilandasi dengan tulus dan iklas, walau hanya sebiji buah, seteguk air serta sehelai daun dan bunga, Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak untuk berbuat yang lebih sulit, maka apapun yanh kita punya patut kita persembahkan terlebih dahulu kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta.

3 komentar:

  1. materinya sangat bagus kk.
    menyangkut kehidupan dasar umat hindu

    BalasHapus
  2. Materi yg di berikan sangan lengkap
    Aku suka sekali, membaca sekali saja aku sudah langsung mengerti

    BalasHapus
  3. Om swastyastu.
    Rahayu makasih saudaraku pencarahannya

    BalasHapus