Minggu, 19 Januari 2014

judul penelitian dan cover (jurnalistik)


PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (QUESTIONING) BERBASIS PAIKEM PADA SISWA KELAS III SD NO 1 SANGSIT KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014











Luh Ayu Lestari
10.1.1.1.1.3855





PROGRAM STUDI PENDIDKAN AGAMA HINDU
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA


FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2

013
PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (QUESTIONING) BERBASIS PAIKEM PADA SISWA KELAS III SD NO 1 SANGSIT KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014











Luh Ayu Lestari
10.1.1.1.1.3855




PROGRAM STUDI PENDIDKAN AGAMA HINDU
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA



FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2

i
013

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS DAN PERSYARATAN GUNA
MERAIH GELAR SARJANA (S.1) PENDIDIKAN
AGAMA HINDU



MENYETUJUI :



Telah Disetujui oleh :


Pembimbing I Pembimbing II


…………………………………… …………………………………
NIP. NIP.




ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka 8
2.2 Landasan Konsep 9
2.3 Landasan Teori 27
2.4 Kerangka Berfikir 30
2.5 Hipotesis Tindakan 33

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 35
3.2 Prosedur Penelitian 36
3.4 Perencanaan Tindakan 38
3.5 Pelaksanaan Tindakan 39
3.6 Analisis Data 44
3.7 Refleksi 47

DAFTAR PUSTAKA

editan proposal penelitian (jurnalistik)

A.Judul          :      UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (QUESTIONING) BERBASIS PAIKEM  PADA SISWA KELAS III SD NO 1 SANGSIT KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG  TAHUN PELAJARAN 2013/2014


B.Latar Belakang Masalah
 UUD RI Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diberikan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kaitanya pada pendidikan agama Hindu, menurut himpunan keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu I-IX (1997:22), mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Hindu adalah suatu upaya untuk membina pertumbuhan jiwa masyarakat dengan ajaran Agama Hindu. Keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh guru, evaluasi sebagai barometer dalam usaha kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan guru mata pelajaran pendidikan agama Hindu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa.
Pencapaian hasil belajar pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III  sekolah dasar, guru dihadapkan pada tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran agama Hindu di dalam kelas. Guru membutuhkan energi yang ekstra, aktif, kreatif dan inovatif dalam memilih pendekatan, model pembelajaran dan mengelola pembelajaran. Karena dalam pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan siswa kelas III  terjadinya kelemahan dibidang membaca, dan menulis, yang mengakibatkan,  bila guru mengaktifkan siswa dengan jalan belajar menulis atau membaca tentu akan terjadi proses pembelajaran yang berorientasi pada membaca dan menulis sehingga materi pelajaran kurang mencapai tujuan pembelajaran. Bila guru menggunakan metode konvensional akan terjadi kecendrungan pada siswa seperti; kurangnya perhatian siswa, anak tidak menjadi aktif dan tidak terjadinya interaksi belajar yang efektif. Dengan adanya asumsi dasar tersebut kegiatan belajar kurang efektif dan siswa cendrung; terjadinya penguasaan konsep yang salah, materi yang disampaikan guru tidak dimengerti oleh siswa, siswa banyak bermain ketika guru menjelaskan materi.
Atas permasalahan di atas selain guru menyampaikan materi, membelajarkan siswa dalam penguasaan materi juga dituntut tertanamnya nilai-nilai filsafat, etika dan pelaksanaannya terhadap materi yang diajarkan dengan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu membentuk keterampilan, sikap dan perilaku  sehari-hari sehingga siswa akan berpikir logis, kritis, kreatif dan bertanggung jawab pada kebiasaaan melalui aktifitas pembelajaran secara aktif.
 Pembelajaran dengan pendekatan konstektual pada komponen questioning (bertanya) merupakan aktualisasi materi melalui suatu kegiatan pembelajaran inovatif, kreatif, aktift dan menyenangkan (PAIKEM) terkait dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kegiatan yang dilakukan secara langsung mengkonstruksi materi dalam pola persepsinya sehingga melalui kegiatan questioning berbasis PAIKEM tertuang nilai-nilai etika dan berorientasi pada konsep-konsep agama Hindu. Proses  penggunaan pendekatan kontekstual dalam pelaksanaan pendekatan secara pendekatan PAIKEM pada setiap pelaksanaan tindakan pembelajaran yang khusus mengkaji komponen bertanya (questioning) sehingga setiap proses pembelajaran menunjukan bahwa melalui pendekatan kontekstual yang disertai dengan pendekatan PAIKEM tercipta pembelajaran dengan hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama yang optimal. Pembelajaran yang diciptakan guru melalui questioning berbasis PAIKEM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan mengembangkan keingintahuan dan imajinasi serta menciptakan kondisi yang menyenangkan, agar menjadikan siswa bersikap kritis, mandiri, kreatif dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas secara mandiri. Kondisi yang menyenangkan akan menumbuhkan kenyamanan dan jauh perilaku yang menekan jiwa (perasaan) siswa. Suasana yang menyenangkan sangat diperlukan karena siswa belajar tidak dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila pembelajaran diwujudkan dalam bentuk permainan, melakukan sendiri, dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang menarik.
Membelajarkan  siswa melalui pendekatan konstektual pada komponen questioning (bertanya) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit, sasaran yang dicapai siswa bukan untuk mencapai nilai yang tinggi saja pada waktu pembelajaran, melainkan bagaimana setelah proses pembelajaran pendidikan agama Hindu terjadi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dan adanya konstruksi nilai-nilai agama dalam bentuk pengamalan ajaran agama, pengalaman penanaman konsep nilai-nilai agama yang diterima, memahami dan menghayati ajaran agama secara emosional, memahami kebenaran dari ajaran agama berdasar rasional. Dihubungkan dengan pendekatan proses pembelajaran yang disertai kontekstual pada komponen bertanya (melalui metode tanya jawab) berbasis pendekatan PAIKEM pada pembelajaran pendidikan agama Hindu,  mewujudkan proses pembelajaran interaksi antara guru dengan siswa secara lisan dan non lisan, proses ini akan membentuk pola-pola pembelajaran yang mengarah respon siswa menuju penguasaan bahan, berpikir secara sistematis logis untuk memecahkan masalah, mencari-cari jawaban melalui menghubung-hubungkan materi yang dipahami, melatih kemampuan melalui pertanyaan sehingga memperkuat pemahaman terhadap materi. Kegiatan ini dilakukan melalui bermain atau menyenangkan yang secara tidak langsung atau siswa tidak menyadari guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk memusatkan perhatiannya pada pertanyaan (pembelajarannya),  kegiatan berlatih menjawab pertanyaan, melatih komunikasi siswa, berpastisipasi dalam kegiatan pembealajaran,  berlatih mengungkapkan ide-ide pemikirannya, berlatih meganalisis, menyimpulkan dan belajar mengembangkan pola-pola berpikir logis dan membuat suasana yang menyenangkan.
Jika kegiatan pembelajaran di atas dapat diwujudkan dalam perencanaan sistematis dan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan rencana maka, kemungkinan tidak terjadi kegiatan yang kurang efektif; terjadinya penguasaan konsep yang salah, siswa tidak materi yang disampaikan guru, siswa bermain ketika guru menjelaskan materi.
Adanya permasalahan dan asumsi pemecahan di atas, penelitian yang mengkaji peningkatan hasil belajar pendidikan agama Hindu melalui pendekatan konstektual questioning (bertanya) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014 layak untuk diteliti dan dikaji secara mendalam.

C.Rumusan masalah
    Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, pokok permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut;
1.Bagamanakah hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Hindu melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?
2.Bagaimanakah penerapan pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?
3.Apakah melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM  terjadi peningkatan hasil belajar terhadap mata pelajaran pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?





D.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah dengan membagi dua tujuan:
1.    Tujuan umum
Secara umum  penelitian ini untuk mengetahui upaya peningkatan hasil belajar mata pelajara pendidikan agama Hindu melalui pendekatan kontekstual (questioning) berbasis PAIKEM  pada siswa kelas III  SD No 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014
2.    Tujuan Khusus
2.1Bagamanakah hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Hindu melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?
2.2Bagaimanakah penerapan pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?
2.3Apakah melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM  terjadi peningkatan hasil belajar terhadap mata pelajaran pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III  SD No.1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014?






E.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teori.
1.1.     Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang positif bagi guru agama Hindu untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD No. 1 Sangsit  melalui pendekatan mengajar guru yang mantap khusunya dengan pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM 
1.2    Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pendekatan  pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar siswa kelas III  SD No 1 Sangsit.
2.    Manfaat Praktis
2.1 Tulisan ini nantinya dijadikan sebagai sumber penentuan pendekatan mengajar mengenai penggunaan pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM  sabagai alternatif untuk mencapai peningkatan hasil belajar yang optimal.
2.2 Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemecahan atau solusi yang benar kepada seorang guru terhadap penggunaan suatu penerapan atau pendekatan untuk membelajarkan siswa dalam peningkatan hasil belajar pelajaran agama Hindu para siswa kelas III  SD No 1 Sangsit.





F.    Kajian Pustaka, Konsep, dan Teori
1.Kajian Pustaka
Arnaya (2010), Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran koorperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V SD No. 5 Kampung Baru Tahun Pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran Agama Hindu.
Kajian  penelitian di atas dapat dijadikan dasar pustaka  terkait dengan penggunaan bertanya (questioning) pada komponen pendekatan kontekstual dimana enggunaan tipe snowball throwing sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Berarti kajian penelitian tersebut menggunakan prinsip metode tanya jawab yang dilaksanakan secara permainan. Kesan daripada penggunan model dan metode tidak berfokus pada guru saja tetapi mengelola pembelajaran melalui tipe bola pertanyaan.
Aston L. Toruan (2007) Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual model Problem Based Learning  dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta
Penelitian tindakan di atas, untuk dijadikan dasar penelitian yang mengacu pada pendekatan kontekstual, dengan demikian tujuan menarik penelitia di atas berfokus untuk memproyeksi sehingga dapat ditarik simpulan sebagai dasar kajian pustaka yaitu, kegiatan yang berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa mnegerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

2. Landasan Konsep
2.1 Tinjauan Pendekatan Kontekstual
1.Pengertian Pendekatan Kontekstual
Muslich (2008:41) menyebutkan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siwa, mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehar-hari.
Sagala (2011: 87), menyebutkan konsep yang sama bahwa pendekatan kontekstual  merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Suprijono (2009: 80) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Konsep di atas, berarti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan  suatu pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dikelas, dimana peran guru dalam pengelola pembelajaran mengarahkan tujuan pembelajaran mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dalam kehidupan sehari-hari berdasar lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
2.Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Muslich (2008:42), karakteristik pembelajaran kontekstual mendeskripsikan karakteristik kontekstual adalah:
(1) pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks khidupan nyata atau pembelajaran  yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting), (2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna kepada siswa (meaningful learning), (3) pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing), (4) pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group), (5) pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, berkerjasa dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other depply), (6) pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan tikkerjasama (learning to ask, to inquiri, to work together), (7) pembelajaran dilaksankan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Karakteristik pembelajaran kontekstual di atas, sangat jelas dapat dijadikan dasar pendekatan pada suatu tindakan penelitian ini, hal tersebut dapat dirujuk pada pembelajaran dilaksanakan dalam konteks pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata, pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna kepada siswa, pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman, pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, berkerjasa dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam, pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan titik kerjasama  pembelajaran dilaksankan dalam situasi yang menyenangkan.
3.Strategi Pembelajaran Kontekstual
Suprijono (2009: 83) menyebutkan berdasarkan center for occupational research and development (CORD) penerapan stratergi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
(1) relating: belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. (2) Expriencing, belajar adalah kegiatan “mengalami” peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajari. (3) Applying, belajar menekankan pada pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. (4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif melalui belajar berelompok, (5) Transfering belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memaafkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

Bila dijadikan dasar pada proses pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan pada penelitian ini, guru membelajarkan siswa melalui belajar dikaitkan dalam konteks kehidupan nyata dalam kegiatan “mengalami” siswa diproses secara aktif, berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajari, belajar menekankan pada pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. Kolaboratif melalui belajar berelompok, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memaafkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru

4.Komponen Pembelajaran Kontekstual
Muslich (2008 : 43), pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu; (1) contructivism (kontruktivisme, membangun, membentuk), (2) questioning (bertanya), (3) inquiri (menyelidiki, menemukan), (4) learning community (masyarakat belajar), (5) modeling (pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic assessment (penilaian sebenrnya).

Pada kajian penelitian ini, memilih komponen pada questioning (bertanya atau tanya jawab) yang bertujuan untuk memberikan batasan kajian terhadap pendekatan kontekstual dan hanya memilih salah satu komponen pendekatan kontekstual dalam penerapan tindakan dalam pembelajaran di kelas III  SD No. 1 Sangsit.
Suprijono (2009: 87), pembelajaran kontekstual dibangun melalui dialog interaktif melalui tanya jawab oleh oleh keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar. Sagala (2011: 88), menyebutkan pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual.
Muslich (2008:44), bertanya (questioning) merupakan strategi pembelajaran CTL, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen bertanya adalah (1) penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya, (2) konfirmasi terhadap apa yang telah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab, (3) dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun dikelas), (4) bagi guru, bertanya kepada siswa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, (5) dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk; menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuai yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, menyegarkan pengetahuan siswa.
   
Dipilihnya salah  satu komponen questioning (bertanya) pada pendekatan kontekstual dalam penerapan tindakan dalam pembelajaran di kelas III  SD No. 1 Sangsit, berorientasi pada konsep di atas yang menyatakan, pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual dengan demikian pernyataan tersebut sangat tepat digunakandi tingkat kelas III , dikarenakan melalui melalui melatih bertanya pada anak kelas III , akan menyiapkan sesosok siswa yang kemudian dapat belajar secara produktif, belajar menggali informasi, membangkitkan respon siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, menyegarkan pengetahuan siswa
5.Penerapan Pendekatan Konstekstual dan Kelemahan, Kelebihan Pendekatan Kontekkstual
 Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kontekstual, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.Langkah pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.
2.Langkah kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.Langkah ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.Langkah keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
6.Langkah keenam, membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
1)Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2)Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
4)Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan
5)Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru
6)Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang  bermakna

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:

1)Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung
2)Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif
3)Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,  guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
4)Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.



2.1.1Tinjauan Metode Tanya Jawab
1.    Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya baik secara lisan maupun tulisan (Muhammad Azar, 1993 : 106). Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traiffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab (Nana Sudjana, 2004: 78)
Pendekatan kontekstual pada komponen questioning mengunakan metode tanya jawab, dengan demikian pada kajian penelitian ini, pendekatannya dipilih kontekstual pada komponen questioning, dengan metode Tanya jawab serta pelaksanaannya menggunakan konsep di atas yaitu, menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya baik secara lisan maupun tulisan, dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab




2.Tujuan Metode Tanya Jawab dan Manfaat Metode Tanya Jawab
Azar (1993 : 106), mendeskripsikan tujuan dan manfaat metode tanya jawab adalah;
1.Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan perasaan dan sikap siswa.
2.Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan menuju pemecahan masalah
3.Untuk memberikan tekanan perhatian pada bagian-bagian penting dari materi pelajaran.
4.Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.
5.Membiasakan siswa untuk mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang benar/ tepat dalam rangka kelanjutan belajarnya.

Adapun manfaat penggunaan metode tanya jawab, azar (1993 : 107), menyebutkan; (1) dapat membangkitkan minat dan motivasi karena minat dan motivasi penting artinya dalam belajar siswa. (2) pertanyaan ingatan (yang bersifat pengungkapan kembali) dapat memperkuat asosiasi antara pertanyaan dengan jawaban. (3) pertanyaan pikiran yang meminta jawaban harus dipikirkan, ditafsirkan, menganalisis dan menarik kesimpulan dapat mengembangkan pola piker logis dan sistematis. (4) pertanyaan dapat mengurangi proses lupa. (5) jawaban yang salah segera dapat dikoreksi. (6) Pertanyaan, dapat merangsang siswa berpikir dan memusatkan perhatian pada pokok masalah yang dipertanyakan. (7) pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan penyelidikan yang mengarahkan siswa berpikir ilmiah. (8) pertanyaan fakta dapat membantu siswa mengetahui bagian-bagian penting yang harus diingat dan dipahami. (9) pertanyaan dapat dijadikan sarana berlatih dan mengulang. (10) siswa dapat mengkomunikasikan jawaban dengan bahasa yang baik sebagai alat untuk mengepresikan perasaannya dan ide-idenya hingga dapat didengar baik oleh guru atau temannya. (11) siswa dilatih berkomunikasi. (12) pertanyaan yang baik oleh guru maupun siswa membuat suasana menjadi hidup. (13) siswa memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam KBM.

2.Langkah-Langkah Metode Tanya Jawab
Azar (1993 : 108), menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan metode tanya jawab yaitu;
Persiapan
a.Menentukan topik
b.Merumuskan tujuan (TIK)
c.Menyusun pertanyaan yang tepat sesuai dengan tujuan (TIK)
d.Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan siswa
Pelaksanaan
a.Menjelaskan TIK yang akan dicapai
b.Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab(murid tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa lain)
c.Guru memberikan permasalahan sebagai bahan apersepsi
d.Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas
e.Guru memberikan limi waktu (tempo) yang cukup untuk siswa menyusun/ memikirkan yang sistematis
f.Memelihara ketenangan suasana tanya jawab
g.Guru mengusahak pemerataan giliran bertanya/ menjawab

2.1.2    Deskripsi Pembelajaran berbasis PAIKEM

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudskan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Ramadhan (2008),  Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
2.1.3  Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
 Ramadhan (2008), secara garis besar, penerapan PAIKEM dalam pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
a.Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b.Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
d.Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya http://iqbalali.com/2011/08/04/paikem-pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/
Muhibbin Syah (2009) PAIKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1. Aktif
Pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.
2.      Inovatif
Pembelajaran PAIKEM bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
3.      Kreatif
pembelajaran PAIKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan strategi tersebut; dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.

4.      Efektif
Menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAIKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional. Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam pembelajaran PAIKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja.
5.      Menyenangkan
Pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAIKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual.

2.1.4Tinjauan Tentang Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
1.Pengertian Belajar
Hamalik, (2003:21) menyebutkan, suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri sesorang yang dinyatakan di dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sudjana (2004 : 5) menyatakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sendiri seseorang yang ditunjukan dalam perubahan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar
Secara garis besar pendapat di atas bahwa, bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan di dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sendiri seseorang yang ditunjukan dalam perubahan sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Rusyan (1993 : 7) Menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pendapat Ali (1992 : 14) sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dalam lingkungan.
Terkait pada penelitian belajar berdiskusi sebagai langkah membelajarkan siswa secara mandiri agar dalam proses interaksi baik dengan guru, siswa dengan siswa ataupun lingkungan menyebabkan terjadi perubahan perilaku pada siswa yang diawali dengan masalah belajar dan pemecahan belajarnya sendiri. Maka  pengembangan kualitas kemampuan siswa terutama aspek afektif berpengaruh terhadap sikap psikomotor siswa.
2.Pengertian Hasil Belajar
Kata “hasil” menurut kamus bahasa Indonesia, (1976:348) menyebutkan, “sesuatu yang di adakan atau diperoleh”. Rusyan, 1993 : 7). Dari pernyataan tersebut di atas dapat diartikan hasil belajar bahwa akibatnya dari adanya perubahan untuk pembentukan pribadi seseorang baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya.
Hamalik (2003 : 21) menyebutkan, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan di dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dengan demikian, dari pengertian belajar yang telah diuraikan di atas dan pengertian hasil bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh atau di capai atas bekenaan dengan bentuk pertumbuhan serta perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan di dalam bertingkah laku yang baru berdasarkan pengalaman dan latihan yang diterimanya.


2.1.5    Tinjauan Pendidikan Agama Hindu
1.    Pengertian Pendidikan Agama Hindu
Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (1993 : 6) memberikan pengertian pendidikan agama Hindu adalah merupakan penunjang dalam mencapai cita-cita pembangunan dan tujuan nasional melalui pembangunan fisik dan mental.
Pengertian pendidikan agama Hindu di dalam keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu 1-XV parisadha Hindu dharma (1994/1998 : 23-24) disebutkan sebagai berikut (1) pendidikan agama Hindu dibuat di sekolah terdiri dari; (a) pengertian agama Hindu, (b) guna dan tujuan agama Hindu, (c) materi dan sarana pendidikan agama Hindu, (d) melaksanakan pendidikan agama Hindu. (2) pendidikan agama di sekolah yang terdiri dari; (a) pengertian pendidikan agama Hindu, (b) guna dan tujuan agama Hindu, (c) diktatik dan methodik pendidikan agama Hindu, (d) bahan (materi) pendidikan agama Hindu, (e) sarana pendidikan agama Hindu. Dalam kurikulum berbasis kompetensi pendidikan agama Hindu  (2004 : 2), menyebutkan pendidikan agama Hindu adalah upaya sadar dan terencana, menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berahklak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Hindu dari sumber utamanya kitab suci: Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti.
Dapat disimpulkan pengertian agama Hindu adalah usaha sadar  dan terencana penunjang dalam mencapai cita-cita pembangunan dan tujuan nasional melalui pembangunan fisik dan mental dalam upaya menyiapkan peserta didik memahami, berahklak mulia dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Hindu   
2.    Tujuan Pendidikan Agama Hindu
Pada kurikulum berbasis kompetensi pendidikan agama Hindu tahun 2004 3) menyatakan tujuan pendidikan agama Hindu adalah untuk menumbuh kembangkan dan miningkatkan sradha (iman) dan bhakti (ketaqwaan) dari peserta didik kehadapan Brahman melalui pemberian, pemupukan, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama, sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham jagathita ya ca iti dharma.
Bertitik tolak terhadap fungsi dan tujuan pendidikan agama Hindu berarti guru pendidikan agama Hindu dituntut untuk lebih professional dalam menyampaikan bahan ajar agar anak mengerti yang di dalamnya terkandung pesan-pesan mengenal, memahami, menghayati, hingga berahklak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Hindu dari sumber utamanya kitab suci: Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti dalam suatu media pengajaran visualisasi

3. Teori
Pembahasan kajian penelitian tindakan yang dilaksanakan, menggunakan kajian teoritis yang ruang lingkupnya mengenai pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada komponen questioning (bertanya) yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Adapun tujuan pembahasan kajian teoretis ini adalah untuk mendeskripsikan maksud tentang pendekatan pembelajaran yang dipilih, komponen pada questioning (bertanya) dan pada pembelajaran yang brbasis PAIKEM yang nantinya tidak terjadi salah persepsi atau penggandaan makna mengenai ruang lingkup kajian teoretis ini sehingga tidak terjadi pembahasan yang meluas terhadap materi pada kajian penelitian
Dipilihnya pendekatan kontekstual pada komponen questioning yang berbasis PAIKEM, bahwa pendekatan pembelajaran ini, Muslich (2008:40) memberikan suatu alasan bahwa dalam pembelajaran didasarkan  adanya sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagiamana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Terhadap pembelajaran yang dilakukan siswa, pemahaman konsep yang diperoleh hanya merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka baik dilingkungan kerja maupun dimasyarakat.
Dengan demikian pada pembelajaran yang dilaksanakan di kelas III, sangat dirasakan bahwa pelajaran pendikan agama Hindu tidak penting bagi siswa karena, pemanfaatanya mengarah keaspek perilaku atau etika yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari dimana pada usia masa di kelas III  lebih banyak bermain dan berorientasi terhadap kenakalan-kenakalan anak yang sedang berkembang.
Pembelajaran kontekstual dengan memilih komponen bertanya berbasis PAIKEM, bila dilihat secara teori, Suprijono (2009: 16), menyebutkan penerapan pemblajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan tidak serta merta dilakukan jika peserta didik tidak memiliki stock of knowledge  atau prior knowledge dari hal yang sedang dipelajari. Pemberian pengalaman sebagai previous experience sangat dibutuhkan. Teori behavioristik memiliki andil besar terhadap hal tersebut. Sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respons), hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.
Sagala (2011 : 42) menyebutkan bahwa teori behaviorisme sangat menekankan perilaku dan tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus respons sebanyak-banyaknya. Suprijono (2009:17), menyebutkan juga teori prilaku juga disebut stimulus-respon (S-R) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Berarti proses hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus respons sebanyak-banyaknya yang dilakukan inilah membangkitkan motivasi belajar para peserta didik untuk belajar secara, mandiri. Perangsang-perangsang yang dimaksud untuk menimbulkan respon adalah adanya macam pemecahan-pemecahan masalah yang secara langsung memberi dorongan  dan menimbulkan persaingan dikalangan sisswa untuk memperoleh ujian dan nilai yang baik karenanya mereka selalu giat untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat.
Purwanto (1992 : 46), peran respon (Instrumentalis response) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reiforcing stimuli  karena perangsang itu memperkuat respon yang telah  dilakukan organisme, jadi yang demikian itu mengikuti (talah melakukan perbuatan) lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar (respon menjadi lebih intensif). Selanjutnya pendapat dari Dahar (1999 : 13) menyebutkan, salah satu bentuk dari belajar disebut belajar respon.
Teori perilaku yang berakar pada behaviorisme dimana pembentukan  respon-stimulus penting bagi guru dan siswa sendiri, guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencari sasaran belajar, suatu perilaku yang dilakukan oleh peserta didik melakukan tindak belajar yang meningkatkan kemampuan kognitif, afektifnya dan psikomotoriknya. Dengan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran melalui keterlibatan langsung siswa yang disetting oleh guru melalui pendekatan kontekstual pada komponen bertanya antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa akan semakin meningkatnya kemampuan stimulus secara keseluruhan yang mengarah tingkat kemandirian, bila siswa menerima pembelajaran dan memahaminya, maka makin lama siswa akan membuat tujuan berlajar sendiri. Stimulus - respon dapat dilihat dari kegiatan interaksi pembelajaran secara PAIKEM dengan harapan pencapaian hasil belajar dicapai secara optimal.

G. Kerangka Berfikir
Terkait dengan kajian penelitian tentang peningkatan hasil belajar pendidikan agama Hindu melalui pendekatan kontekstual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III  SD No. 1 Sangsit  tahun pelajaran 2013/3014, kerangka berpikir sangatlah jelas seperti pada bagan dibawah ini;




   








Gambar 1.1 Kerangka berpikir
Terhadap proses penelitian, kajian ini menitik beratkan pada pendekatan konstektual  pada komponen questioning (bertanya) yang pelaksanaannya berbasis PAIKEM dengan sasaran bahwa, terhadap proses pembelajaran di kelas III  ditingkat sekolah dasar, pendekatan konstektual  pada komponen questioning (bertanya) yang digunakan  merupakan suatu cara penyajian materi pembelajaran, disampaikan oleh guru kepada siswa dengan tujuan agar materi pembelajaran dapat diterima, dipahami lebih mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih efektif. Proses penggunaan pendekatan kontekstual dalam pelaksanaan pendekatan secara pendekatan PAIKEM pada setiap perjalanan siklus yang khusus mengkaji komponen bertanya (questioning) sehingga setiap proses perjalanan siklus menunjukan bahwa melalui pendekatan kontekstual yang disertai dengan pendekatan PAIKEM tercipta pembelajaran dengan hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama yang optimal. Pemilihan pendekatan konstektual  pada komponen questioning (bertanya) berbasis PAIKEM sebagai suatu cara dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti; pelaksanaan pembelajaran dengan bertanya bukan semata-mata untuk menekan siswa dengan berbagai pertanyaan dimana siswa dipaksa untuk berusaha memikirkan jawabannya sehingga  taraf kemampuan setiap siswa mengalami perbedaan secara fsikologis yang nantinya berujung pada pembelajaran yang membosankan. Dengan berbasis PAIKEM merupakan salah satu pendekatan guru untuk membelajarkan siswa, siswa diberikan kesempatan  melalui bertanya diarahkan menuju pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Proses yang diilaksanakan ini bertumpu dengan;  pembelajaran questioning (bertanya) yang nantinya akan memberikan kesempatan pada siswa, setiap sebelum dilaksanakan questioning , siswa  membaca buku dengan waktu 5 menit, terus dilanjutkan dengan pertanyaan yang pertanyaannya kisaran 10 soal, dilajutkan kegiatan dilaksanakan dengan pembahasan soal selama 5 menit, terus kegiatan bertanya dilakukan secara berulang selama 40 menit, sebagai kegiatan tanya jawab adu kemampuan siswa satu dengan siwa lain, siswa menjawab pertanyaan secara kuis dan menjawab teka-teki silang untuk maju kedepan kelas memberikan jawaban dan menuliskannya didepan kelas, semua kegiatan ini dilaksanakan secara permainan. Kegiatan pembelajaran dengan tanya jawab berbasis PAIKEM dilanjutkan dengan berbagai teknik sehinga siswa tidak mengalami kebosanan pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya. Dengan pembelajaran yang melibatkan siswa, berorientasi pada pembelajaran questioning dengan permainan, diharapkan keaktifan siswa dapat menumbuhkan penguasaan bahan pelajaran dalam bentuk ingatan dan diwujudkan dalam bentuk jawaban, aktif yang dimaksud adalah ikut terlibat untuk menjawab berbagai kegiatan melalui bertanya. inovatif; siswa diajak mengikuti pembelajaran dengan membuat sendiri pertanyan untuk diberikan kepada siswa lain atau temannya yang nantinya pertanyaan tersebut diberi saling bergantian sesuai dengan permainan yang disetting oleh guru. Kegiatan ini diharapkan bertujuan agar siswa mengalami perubahan cara belajarnya sehingga siswa mampu melalui pertanyaan mencari-cari jawabanya untuk dapat meningkatkan ingatannya atau mengurangi proses lupa. Kreatif; siswa diajak menjawab teka-teki silang yang dipasang dipapan kelas, yang diselesaikan oleh setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam mengisi teka-teki silang, dengan harapan bertujuan siswa membiasakan mengenal bentuk dan jenis pertanyaan dalam rangka mempersiapkan kelanjutan belajarnya berikutnya. Efektif; melalui pertanyaan siswa dituntut menjawab pertanyan yang harus dicari jawabannya, menafsirkan, menganalisis, mengembangkan pola berpikirnya secara sistematis sehingga melewati proses ini akan lebih mudahnya pembelajaran terhadap materi dipahami, sehingga dengan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan kegiatan pendekatan konstektual  pada komponen questioning (bertanya) diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Terhadap pembelajaran yang menyenangkan diharapkan membuat suasana kelas menjadi hidup, senang, gembira dan penuh dengan semangat belajar.
Pada proses pembelajaran pendekatan konstektual pada komponen questioning (bertanya) yang berbasis PAIKEM diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar mata pelejaran pendidikan agama Hindu berupa kemampuan-kemampuan yang tergolong pada ranah kognitif seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif seperti perhatian, menerima respon/ tanggapan dan penghargaan. Ranah psikomotor seperti keberanian berpatisipasi dalam kegiatan, kreatifitas dan kebebasan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain.
H. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan pembahasan kerangka beripikir, dapat dirumuskan hipotesis tindakan pada penelitian ini sebagai berikut;
1.Melalui penggunaan pendekatan konstektual pada komponen questioning (bertanya) berbasis PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Hindu para siswa kelas III  SD No. 1 Sangsit  tahun pelajaran 2013/3014?
2.Melalui penggunaan pendekatan konstektual pada komponen questioning (bertanya) berbasis PAIKEM dapat mengoptimalkan pembelajaran di kelas III  SD No. 1 Sangsit  tahun pelajaran 2013/3014.
3.Melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM  terjadi perbedaan peningkatan hasil belajar setiap siklus terhadap mata pelejaran pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III  SD No. 1 Sangsit  tahun pelajaran 2013/3014.
   



I.    METODE PENELITIAN
1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Subagyo, (1997 : 35) lokasi penelitian adalah suatu area dengan betasan yang jelas agar tidak menimbulkan kekaburan dan kejelasan daerah. Berkaitan dengan penelitian, lokasi penelitian dapa diidentifikasi berupa hal sebagai berikut; tempat sekolah, identitas sekolah, keadaan sekolah dan jumlah guru dan siswa.
Pemilihan lokasi penelitian ditetapkan sesuai dengan keinginan peneliti di mana tempat objek penelitian dan pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai tempat memperoleh informasi. Dengan demikian hasil dari penelitian ini, lokasi penelitian akan dapat memperjelas daerah penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan. Lokasi penelitian yang ditunjuk adalah SD No. 1 Sangsit, sebagai tempat melakukan penelitian tindakan kelas adalah kelas III SD No. 1 Sangsit Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
Lokasi penelitian di SD No. 1 Sangsit, dapat diidentifikasi lokasi penelitian adalah:
1.Nama  sekolah    :  SD No. 1 Sangsit
2.    Alamat sekolah     : Jalan Raya Sangsit, Singaraja
                                      Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng
3.    Berdiri        : Tanggal, 1 Januari 1982/ Inpres No 5 Tahun 1981.
4.    Keadaan tanah    : Luas tanahnya 1.350 m2, luas Bangunannya 731,8 m2
5.    Keadaan siswa    ;

Tabel. III.1 Keadaan Siswa

Kelas I

Kelas III

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

Jumlah
Siswa

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P


22

11

11

13

6

7

22

11

11

19

10

9

11

7

4

14

3

11

101

2.Metode Penentuan Objek dan Subjek Penelitian
Sebelum melakukan suatu penelitian terlebih dahulu ditentukan objek dan subjek penelitiannya, agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini dalam penentuan objek  menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan dasar menurut Madya (1994 : 12) yang menyatakan bahwa tujuan penelitian jenis tindakan kelas  untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang kelas. Dan disebutkan pula sasarannya dorongan untuk meneliti praktik secara sistematis sering timbul karena ada masalah dalam suatu situasi. Masalah yang diteliti yang dapat ditangani lewat tindakan praktis (Madya, 1994 : 32).
Dengan demikian yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas III SD No. 1 Sangsit dengan jumlah 22 siswa. Subjek penelitian ini ditunjuk guru kelas III  SD No. 1 Sangsit.

3.Prosedur Penelitian
Pendekatan penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan peneliti. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang akan berlangsung beberapa siklus dalam suatu kegiatan:   (Arikunto (2006 : 16) Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:  (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Proses penelitian tindakan kelas seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan
0= Perencanaan
1= peIaksanaan I
2= Pengamatan I
3= Refleksi I
4= Rencana terevisi I
5= Tindakan  II
6= Pengamatan II
7= Refleksi II
8= Rencana terevisi II
9= Tindakan dan Observai III
10= Refleksi III
            (Arikunto (2006 : 16)
4.Perencanaan Tindakan
Dalam perencanaan ini peneliti sebelum melaksanakan kegiatan lebih lanjut, terlebih dahulu menyiapkan dukungan semua pihak serta ketersediaan semua fasilitas yang akan digunakan.
1)    Pendekatan Kontekstual (questioning) berbasis PAIKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang cukup kompleks, maka peneliti perlu memiliki komitmen yang kuat dan sungguh-sungguh tentang penelitian, agar pelaksanaan penelitian dari awal sampai akhir dapat terlaksana dengan lancar.
b)    Sosialisasi program kepada pihak-pihak terkait terutama kepada Kepala Sekolah  SD No 1 Sangsit dengan tujuan agar semua komponen yang dilibatkan dapat memberikan dukungan baik moral maupun dalam wujud partisipasi tindakan atau perlakuan.
c)    Peneliti mempersiapkan sarana dan sumber belajar yang dibutuhkan yang bisa disediakan di sekolah untuk memperlancar pelaksanaan inovasi pembelajaran ini.
Setelah kegiatan awal disiapkan, maka langkah selanjutnya membuat rencana pembelajaran. Langkah-langkah yang dilaksanakan mengacu pada hal-hal sebagai berikut.
1.    Pokok bahasan yang akan diharapkan.
2.    Kopetensi yang diharapkan.
3.    Indikator keberhasilan.
4.    Analisis materi pembelajaran
5.    Landasan kegiatan belajar mengajar.
6.    Metode dan sumber.
7.    Pengalaman belajar yang terdiri dari pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup.
8.    Evaluasi.
9.    Remidi.

5.Pelaksanaan Tindakan    
Kegiatan penelitian tindakan kelas, peneliti melaksanakan rencana pembelajaran (RP) yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran yaitu: tatap muka satu kali dalam seminggu selama 60 menit. Proses dilaksanakan sesuai dengan siklus yang dirancang dari jumlah siklus, tergantung target yang dicapainya sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan. Jumlah tatap muka dalam satu siklus didasarkan pada tuntas atau tidak satu sub materi yang dibahas dengan penggunaan metode yang ditentukan. Jika waktu dalam waktu tatap muka satu hari dalam seminggu materi yang dibahas dapat dituntaskan, itu artinya satu siklus terselamatkan dan dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai tercapainya target yang diinginkan.

1.Observasi
Nawawi, (2001:100) menyebutkan bahwa observasi merupakan pengamatan dan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.. Observasi adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena. Fenomena yang diselidiki baik pengamatan langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1991 : 81).
Usaha dalam pengambilan data melalui pengamatan  untuk meninjau, mengamati, mencatat sebagai bahan yang kemudian dianalisis untuk keperluan membantu menemukan dugaan sementara tentang masalah yang diselidiki secara ilmiah sehingga memungkinkan menghasilkan gambaran kesimpulan yang sifatnya sementara. Penggunaan metode observasi untuk keperluan menemukan gejala-gejala, maksudnya permasalahan yang akan diteliti secara sistematis mengamati kedudukan fenomena yang terjadi dalam masalah sehingga memungkinkan peneliti mempersiapkan alternatif suatu metode yang dipilih dalam melakukan pendekatan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang  kajian yang akan diteliti. Penggunaan metode observasi pada penelitian ini, untuk keperluan peningkatan hasil belajar pendidikan agama Hindu melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014, maksudnya permasalahan yang diteliti secara sistematis mengamati kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, memungkinkan peneliti mempersiapkan alternatif sebagai bahan refleksi dalam  memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam proses  pembelajaran, pada kajian penelitian ini yang paling diamati adalah pada (1)  keaktifan siswa bertanya, (2) inovatif (membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan melalui media teka-teki silang dan lembar kertas huruf beracak), (3) kreatifitas dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, (4) keefektifan penguasaan materi melalui bertanya dan menjawab, (5) sikap menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Insturmen penelitian lembar observasi telampir dan lembar observasi mengacu pada penetapan indiaktor dan descriptor respon dibawah ini;
Tabel. III.1  Penetapan Indikator dan Deskriptor Respon
No
Indikator Respon
Skor
Deskriptor
1
Keaktifan siswa menjawab dan bertanya
3
Aktif siswa bertanya dengan baik


2
Aktif siswa bertanya dengan cukup baik tapi hanya sebentar


1
Aktif siswa bertanya dengan tidak bersungguh-sungguh
2
Inovatif (membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan, menjaab pertanyaan melalui media teka-teki silang, lembar kertas beracak
3
Siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab kepada guru dengan baik dan terperinci


2
Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru hanya sekedar bertanya


1
Diam dan tidak bertanya
3
kreatifitas dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan
3
kreatifitas dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan benar dan terperinci


2
kreatifitas dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan cukup terperinci


1
tidak terperinci Menjawab pertanyaan salah tetapi diungkapkan secara tidak terpernci
4
keefektifan penguasaan materi melalui bertanya dan menjawab
3
keefektifan penguasaan materi melalui bertanya dan menjawab untuk menyimpulkan materi dengan baik


2
keefektifan penguasaan materi melalui bertanya dan menjawab untuk menyimpulkan materi dengan ragu-ragu


1
Diam dan  tidak mau menanggapi
5
sikap menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran
3
sikap menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran tampak dengan baik


2
sikap menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran cukup tampak


1
sikap menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran tidak tampak
(Muslich dalam KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (2008 :  98)
Penetapan skor dalam penetuan kreteria pembelajaran dengan pendekatan kontekstual digunakan langkah kategorisasi berdasarkan deskriptor di atas dan mengacu pada frekuensi terbanyak pada setiap indikator respon terhadap jumlah subyek penelitian, dengan ketentuan;
Tabel III.2 Kreteria Penskoran dan Ketetapan Skor
NO
Nilai Standar
(N)
Frekuensi
(f)
Kreteria
(%)
1
3

Baik

2
2

Cukup

3
1

Kurang






(Sumber: Anas Sudijono, 2001: 40)

2. Evaluasi
    Wand dan Brond dalam Nurkancana dan Sunartana (1990 : 11) menyebutkan evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Maka hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami belajar selama satu periode tertentu.
Konsep di atas, dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan evaluasi dalam suatu tindakan pembelajaran. Maksud adanya pelaksanaan evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar sisiwa setelah siswa mengalami pembelajaran dalam kegiatan tindakan sehingga hasil evaluasi ini dapat dijadikan barometer pengukuran hasil belajar yang nantinya sebagai penentuan pencapaian target tercapai atau tidak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan evaluasi dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, verifikasi data dan analisi data atau penafsiran data. Dari pelaksanaan kegiatan tersebut dilanjutkan pada mememilih dan menyusun alat-alat evaluasi. Untuk pelaksanaan observasi disiapkan pedoman observasi dan untuk pelaksanaan metode tes disiapka alat-alat evaluasi berupa oal-soal tes. Untuk pelaksanaan evaluasi terhadap tes, digunakan pre-test yang dilaksanakan sebelum tindakan dan post-test  dengan maksud setiap tindakan adanya perbandingan antara sebelum pembelajaran dan sesuadah pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran setiap 2 kali pertemuan setiap siklus, evaluasi dilakukan mengikuti jalannya siklus, sejauhmana siklus sudah mencapai target keberhasilan tidakan maka evaluasi seketika dihentikan dan sudah dianggap dapat memenuhi indicator keberhasilan penelitian.
Penentuan pencapaian target penelitian berdasarkan hasil belajar, ditetapkan indikator keberhasilan dalam tabel berikut:
Tabel III.4 Indikator keberhasilan tindakan
No
Indikator Tindakan
Deskriptor
Target Yang Diinginkan
1.
Proses Pembelajaran
Penerapan Pendekatan kontekstual (questioning)
Pembelajaran yang berbasis PAIKEM
 Kreteria baik 
2.
Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar
Rata-rata Kelas (M)   = 80
Daya Serap (DS)      = 75%
Ketuntasan Belajar (KB) = 75%


6.    Analisis Data
    Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif.
Sudjana (1999: 27) dinyatakan analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas herarkhinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks. Yang memanfaatkan kecakapan sebelumnya dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komperhensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu. Subagyo (1999:104) menyatakan bahwa analisas data dalam penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena dengan analisa data akan nampak manfaatnya terutama dalam memudahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir
Terhadap konsep di atas, analisis dilaksanakan untuk melakukan proses penggalian pemahaman yang komprehensif sehingga dapat menjawab asumsi atau hipotesis tindakan yang telah dipersiapkan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskritif yaitu mencari hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit dan penerapan pembelajaran kontekstual (questioning) yang berbasis PAIKEM berdasarkan lembar observasi. Pada teknik analisis data, dilakukan dengan tiga proses analisis sesuai dengan rumusan masalah yaitu, rumusan pertama menganalisis hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Hindu melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014, kedua menganalisis penerapan pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014, ketiga menganalisis melalui pendekatan konstektual (questioning) berbasis PAIKEM  terjadi peningkatan hasil belajar terhadap pendidikan agama Hindu pada siswa kelas III SD No. 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014.
Hasan (2004 : 89) menyebutkan pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. 
Pengolahan data dalam penelitian dipandang perlu untuk memperoleh data yang ringkas namun dapat dianggap mempunyai keabsahan ilmiah. Untuk itu diperlukan beberapa tahapan dalam metode pengolahan data. Tahapan-tahapan dalam suatu penelitian dapat berupa editing dan coding.
1.    Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi (Iqbal Hasan, 2004 : 89) Tahapan ini dilakukan  dengan pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan dengan alasan adanya kemungkinan data yang terkumpul itu masih diragukan kebenarannya.
2.    Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka- angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan di analisis (Iqbal Hasan, 2004: 90).Coding ini merupakan klasifikasi data dengan pemberian atau pembuatan kode-kode tertentu. Agar tercapainya suatu kualitas data yang memenuhi syarat ilmiah maka coding dilakukan dalam penelitian ini
Pada penentuan nilai pada skor untuk tes obyektif digunakan pedoman sebagai berikut:
Nilai =      Skor Mentah
                 Skor maksimum ideal   
 (Anas Sudijono: 2001 : 318)
Mencari hasil belajar siswa dari tindakan siklus dicari rata-rata hasil belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:     
  =
  Keterangan :
     = rata-rata prestasi siswa
 = jumlah nilai siswa
N       =  banyaknya jumlah siswa
( Nurkancana (1992 :43)
Untuk mengetahui daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ds   = M x 10 %

KB = Banyaknya siswa yang mendapat skor di atas    x 100 %
                          Banyaknya siswa yang ikut tes
Keterangan :
KB = ketuntasan belajar siswa
DS1 = daya serap siswa
M = mean/ rata-rata prestasi siswa
(Depdikbud; 1995 : 54)
8,5      –  100    =  Sangat Baik
7,00  –  8,49        =  Baik
5,50  –  6,99        =  Cukup
4,00  –  5,49        =  Kurang
0,00  –  3,99         =  Sangat Kurang
( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994 )

Indikator yang digunakan untuk melakukan interprestasi terhadap data tentang hasil belajar siswa dicari berdasarkan kategorisasi dengan berdasar penilaian kurikulum 2004  yaitu.
Tinggi     = 80 sampai dengan 100
Sedang    = Nilai SKBM ( 57) sampai dengan 79
Rendah    = 0 sampai dengan dibawah KB
Untuk menganalisis data observasi digunakan dari hasil tabel kreteria frekuensi dicari persentase dengan frekuensi skor jawaban dapat dicapai dengan rumus (Sumber: Anas Sudijono, 2001: 40);
P =
Keterangan :
f =  frekunsi relatif jawaban responden
n = jumlah responden
P = hasil perhitungan prosentasase

7. Refleksi
Arikunto (2006 : 19), menyebutkan bahwa tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kemnbali apa yang sudah dilakukan.
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon dari kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. (sagala, 2011: 91).
Berarti terhadap konsep diatas, dapat diinterpretasikan bahwa tujuan refleksi dalam suatu kegiatan pembelajaran, mengkaji dan merenungkan kembali suatu tindakan atau proses suatu tindakan. Dengan adanya suatu refleksi, guru dapat mempersiapkan alternatif rencana dalam melakukan setiap perubahan pada proses pembelajaran untuk pembelajaran selanjutnya, sehingga apa yang menjadi kelemahan setiap proses tindakan dengan segera tertanggulangi untuk menangani setiap masalah yang timbul dan dengan segera dapat menyiapkan alternatif pemecahan maslah. Dalam tahap refleksi akan dilakukan aalisis dan penafsiaran sehubungan dengan hasil analisis dari observasi dan evaluasi untuk dapat membuat perencanaan bagi siklus berikutnya..
Adapun yang menjadi pusat refleksi pada tindakan untuk persiapan siklus I ke siklus II yaitu;
(1).    Refleksi Awal (Perencanaan Pembelajaran atau RPP)
a.Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dilihat melalui perencanaan apakah memungkinkan adanya kelemahan penetapan proses didalam menentukan langkah pembelajaran kurangnya keterkaitan kompetensi dasar, pengalaman belajar dan indikator sehingga pencapaian hasil belajar kurang mencapai target yang telah ditentukan.
b.Direncanakan refleksi pada  langkah pembelajaran yang dikelola guru adanya hubungan yang komperhensif antara komponen pembelajaran yang satu dengan yang lain, sehingga refleksi terhadap langkah-langkah yang direncanakan terfokus pada pencapaian hasil belajar yang optimal.
(2)Refleksi Proses (Kegiatan Pembelajaran)
Refleksi pada kegiatan pembelajaran, mengacu pada tiga tahap pelaksaaan pembelajaran secara sistematis komperhensif. Pada pelaksanaan tindakan ini,  untuk merenungkan dan melihat kegiatan yang dilaksanakan adanya penyebab kurang pencapaian target berdasarkan tingkat motivasi, aktivitas dan kreativitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga, kegiatan belajar-mengajar diharapkan akan berlangsung secara aktif dan interaktif.
(3)Refleksi Hasil (Kegiatan Evaluasi)
Pada kegiatan evaluasi, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan adalah, pada saat siswa mengerjakan tes, kondusitifitas pelaksanaan tes,motivasi untuk menyelesaikan tes. Tes yang direncanakan pada pembalajaran merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga di dalam merumuskan tes pada siklus berikutnya diharapkan mengembangakan kemampuannya untuk berpikir logis, kritis dan kreatif yang selalu memusatkan pembelajaran menyenangkan dan menantang.
















DAFTAR PUSTAKA

Ali, H Muhamad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Gajah Mada Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Edisi Revisi IV. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
              Arnaya, I Ketut. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Snowball   
              Throwing Untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
              V SD No 5 Kampung Baru tahun ajaran 2012/2011
Toruan, Aston L.  (2007) mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn kelas I SMK Negeri 3 Jakarta
Asyari, Safari, Iman. 1993. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : UsahaNasional.
Azhar. Lalu Muhamad.1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Indonesia Usaha Nasional.
Dahar, Ratna Willis. 1999. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Agama Hindu Berbasis Kompetensi SMU/SMK. Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. Yogyakarta: PT. Andi Ofset Rosdakarya
Hamalik, Omar. 2003. Kurikuklum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Iqbal. 2004. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
http://007indien.blogspot.com/2011/12/penerapan-pembelajaran-kontekstual.html
http://iqbalali.com/2011/08/04/paikem-pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/
Nurkancana Wayan dan PPN. Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional
Margono S. 1996. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Muhibbin Syah, Bahan Pelatihan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM), PLPG Rayon Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan  UIN Sunan Gunung Djati , Bandung, 2009

Nawawi ,Hadari  2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Gajah Mada University Press. Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PN. Balai Pustaka.
PHDI Pusat. 1997/1998. Himpunan Kesatuan Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I-IX. Denpasar: Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Kehidupan Beragama.
                    PHDI. 1978. Upadesa Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu.
                    Parisadha  Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Purwanto, M Ngalim.1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusyan, A Tabrani. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Bina Mulya.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfa Beta
Subagyo, P. Joko. 1999. Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Sudiarta, Kadek. 2012. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Akhlak siswa melalui penerapan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan (PAIKEM) dengan Penilaian Otentik Berbantuan LKS Kontruktivis pada Siswa Kelas V SD N 4 Banyuning
Sudjana, Nana. 1999. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sudijono, Anas. 2001.  Pengantar Statisitk. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana.2004. Edisi Revisi Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensio.
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Teori & aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwarsih, Madya. 1994. Seri Metodologi Penelitian Panduan penelitian Tindakan. Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Senin, 13 Januari 2014

proposal mini metodelogy penelitian


JUDUL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IOC (INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE) BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI KELAS III SD NEGERI 1 SANGSIT KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2012/2013.


A.    Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (pembukaan UUD 1945 : alinea 4). Dimana dalam mencapai tujuan ini harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kepribadian dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Untuk mewujudkan hal tersebut, kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui strategi pembaharuan sintem pendidikan Nasional karena manusia yang berpotensi merupakan kunci utama keberhasilan suatu bangsa untuk berkompetisi dengan bangsa lain di dunia. Strategi pembaharuan Nasional yang dimaksud meliputi : 1) pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia, 2) pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, 3) proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, 4) evaluasi pendidikan, 5) peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga pengajar, 6) penyajian sarana dan prasarana pendidikan dan tenaga pengajar, 7) pembiayaan pendidikan sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeahlian, 8) penyelenggaraan pendidikan terbuka dan merata, 9) pelaksanaan wajib belajar, 10) pelaksanaan otonomi management pendidikan, 11) pelaksanaan pengawasan dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Umat beragama merupakan dari komponen bangsa yang ikut bertanggung jawab dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bermutu. Sehingga peranan pendidikan agama khususnya Agama Hindu sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam pendidikan moral dan spiritual.
Seorang guru yang professional dituntut untuk mengenal, mempelajari dan menguasai berbagai metode pembelajaran agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang berhasil guna dan berdaya guna. Karena satu metode pembelajaran yang hanyan bisa digunakan dalam situasi dan tujuan tertentu. Jika situasi dan tujuan berubah maka, cara mengajar juga harus dirubah. Untuk itu seorang pendidik harus mampu memilah dan menggunakan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan belajar siswa Kelas III Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sangsit khususnya dalam bidang mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dapat dikatagorikan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang berjumlah 27 orang hanya 8 orang yang aktif. Dari  ulangan harian yang dilakukan, rata-rata kelas (M) 60, daya serap (DS)  60 %, dan ketuntasan belajar (KB) yang dicapai adalah 40 %. Nilai tersebut dirasakan kurang karena target KKM adalah 70, daya serap 70 %, dan aktivitas 70 %.
Selama ini memang dirasakan bahwa kelemahan tersebut disebabkan karena penyajian materi yang monoton, pendidik menyadari bahwa masih kurang dalam menggali dan menemukan metode-metode pembelajaran yang inovatif. Sehingga menyebabkan peserta didik menjadi jenuh dan kurang aktif dalam Proses pembelajaran. Seperti kurang aktif dalam bertanya, kurang aktif menjawab, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang rasa ingin tahu terhadap pengetahuan Pendidikan Agama Hindu yang diajarkan, dan siswa kurang aktif dalam interaksi pembelajaran. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang minat dan perhatian terhadap pelajaran Agama Hindu dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak agar siswa termotivasi untuk belajar serta dapat memfasilitasi siswa untuk memahami dan mempraktekkan ajaran agama yang mereka peroleh dari mengalami dan menkonstruksi sendiri. Dalam hal ini guru agama memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat besar.
Berdasarkan  hal itu, pembelajaran yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penerapan model pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan LKS (Lembar Kerja Siswa). Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) ini merupakan model pembelajaran dimana siswa akan saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur, melalui model pembelajaran ini diyakini dapat mengatasi permasalahan tersebut karena: 1) Pembelajaran ini menuntut siswa aktif (student centred). Aktif mengandung makna membiasakan siswa melakukan segala sesuatu dengan segala upaya. Apabila siswa aktif dalam pembelajaran maka siswa tidak tegang atau bosan hanya diam mendengar penjelasan guru selama jam pembelajaran. 2) Pembelajaran ini menuntut siswa untuk kreatif yang dapat menggugah rasa ingin tahu siswa melaui aktifitas pembelajaran. 3) Pembelajaran ini akan dapat memacu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena siswa akan terangsang pada perasaan yang mengasikkan mengandung unsur inner motivation yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu. siswa akan mau melakukan sesuatu secara sadar dan sepenuh hati apabila didasari rasa senang. Apabila mereka sudah menikmati pembelajaran barulah diberikan permainan yang bertujuan membiasakan siswa berperilaku dalam mengungkapkan sesuatu didalam proses pembelajaran. 4) Siswa dalam membangun pengetahuannya diberikan bantuan berupa LKS, salah satu ciri LKS yang digunakan ini mengandung tuntunan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk membangun pengetahuannya. Hal ini akan mampu membangun dan membangkitkan motivasi siswa karena menantang siswa untuk berfikir kritis untuk menemukan dan menginformasikan jawabannya.
Bertolak dari pemaparan di atas maka dipandang perlu mengadakan suatu penelitian yang memiliki hubungan erat untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) Berbantuan Lembar Kerja Siswa untuk Meningkatkan Aktivtas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di Kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013”.








B.     Rumusan Masalah
Penelitian ini berfokus pada Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti adalah :
1.      Bagaimana penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Pada Pelajaran Pendidikan Agama Hindu pada Tahun Pelajaran 2012/2013 ?
2.      Bagaimana penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Pada Pelajaran Pendidikan Agama Hindu pada Tahun Pelajaran 2012/2013 ?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah dengan membagi dua tujuan:
  1.       Tujuan umum
Secara umum  penelitian ini untuk mengetahui Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sangsit.




  2.       Tujuan Khusus
2.1         Untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan aktivtas belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu pada Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.2         Untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu pada Tahun Pelajaran 2012/2013 ?  

D. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Agama Hindu, meningkatkan kreaktivtas dan literasi sosial budaya siswa serta mengubah persepsi dan citra siswa berkaitan dengan pengajaran Agama Hindu di sekolah, pada kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.
  1. Manfaat Praktis
Bagi guru selaku pendidik, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan, bahan acuan atau pedoman yang bersifat alternatif untuk dapat dikembangkan, diterapkan dan disesuaikan dengan keadaan setempat dalam melaksanakan pengajaran Pendidikan Agama Hindu berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
  1. Bagi lembaga pada umumnya, hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan atau solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan khisusnya dalam Pendidikan Agama Hindu karena baik tidaknya lembaga, salah satunya tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi siswa dan materi pelajaran.

E.     Hipotesis Tindakan
      Pada penelitian yang akan dilaksanakan diajukan hipotesis bahwa dalam pembelajaran pendidikan Agama Hindu dengan penerapan Model Pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan Lembar Kerja Siswa dapat Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di Kelas III SD Negeri 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013
F.     Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan antara lain: 1). Teori perkembangan anak yang dicetuskan oleh Hurlock (dalam Alma, 2005) yang menyatakan bahwa karakteristik perkembangan pada masa akhir anak-anak (6-12 tahun) adalah masa kelompok dimana perhatian utama anak-anak tertuju pada keinginan diterima kelompoknya, proses penyesuaian diri dengan standar yang disetujui kelompoknya, proses penyesuaian diri dengan kelompoknya, usia kreatif, usia bermain karena luasnya minat anak. 2) teori motivasi oleh Mc. Clelland (dalam Alma, 2005) yang menyatakan bahwa  motivasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu motivasi berkuasa, motovasi berafiliasi dan motivasi prestasi. motivasi berkuasa adalah motivasi adalah kencendrungan untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain. motivasi berafiliasi adalah dorongan  untuk selalu bersama dan bersahabat dengan orang lain, dan motivasi berprestasi adalah dorongan untuk selalu ingin berhasil dalam menyelesaikan tugas  karena ada sesuatu standar keunggulan. 3) Teori Behaviorisme yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner (dalam Alma, 2005) tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu yang diharapkan adalah dampak penggunaan metode pelatihan atau pembiasaan. munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberikan pengghargaan atau penguatan.

G.    Metode Penelitian
            Penelitian ini dilakuakan di kelas III SD No 1 Sangsit Tahun Pelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raya Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Bali, Waktu Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom actionresearch). Penelitian ini akan berlangsung melalui beberapa siklus sesuai  dengan waktu dan hasil yang telah dicapai serta yang diinginkan. Dengan demikian pada siklus ke-n target yang diinginkan sudah harus tercapai. Pada setiap siklusnya terdapat beberapa tahapan kegiatan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom actionresearch). Ebbut, 1985 (dalam Alma, 2005) dijelaskan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas adalah adanya proses pelaksanaan penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di antara siklus itu ada informasi dari apa yang telah dilakukan oleh si peneliti. Proses tersebut merupakan balikan dari apa yang telah dilakukan oleh si peneliti. Proses tersebut merupakan proses yang dinamis dimana ada empat tahap yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dilanjutkan dengan evaluasi dan analisis, 4) refleksi.
            Dalam penelitian ini menggunakan empat langkah tersebut di atas dan dapat digambarkan sebagai berikut :








Refleksi awal
 





 


Refleksi I
 
                                                     



 




                                                                                                       








Refleksi awal
 





 


Refleksi I
 
                                                     



 




                                                                                                       


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1) AktiVtas Belajar Siswa, 2) Prestasi Belajar Siswa terhadap penerapan model pembelajaran IOC (Inside-Outside-Circle) berbantuan LKS. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini  dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 1.1 Instrumen Penelitian
No
Jenis Data
Metode
Instrumen
Waktu
1
Aktivitas Belajar
Lembar Observasi
Lembar Observasi Motivasi Belajar
Setiap Proses pembelajaran
2
Prestasi Belajar Siswa
Evaluasi
                      
Tes Evaluasi
Akhir Siklus I & II

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. H. Prof Dr. 2005. Ragam Metode Pembelajaran Inovatif. Bandung. Alfabeta Press.



























PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IOC (INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE) BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI KELAS III SD NEGERI No 1 SANGSIT KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Dosen Pengampu: I Gede Agung Jaya Suryawan.S.Ag. M.Ag










Oleh
Luh Ayu Lestari
NIM: 10.1.1.1.1.3855



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
PROGRAM STUDI PENDIDKAN AGAMA HINDU



FAKULTAS  DHARMA  ACARYA
INSTITUT  HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR

 
2013

DAFTAR ISI
                                                                                                                                      Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 2
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................ 5
TUJUAN PENELITIAN......................................................................................................... 5
MANFAAT PENELITIAN..................................................................................................... 6
HIPOTESIS TINDAKAN...................................................................................................... 6
LANDASAN TEORI.............................................................................................................. 7
METODE PENELITIAN........................................................................................................ 8
i
 

 
i
 
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 10