Minggu, 12 Januari 2014

psikologi


BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan.Guru dan anak didiklah yang menggerakannya.Interaksi yang bertujuan itu di sebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik,dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan.Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana,sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses,guru harus dengan iklas dalam bersikap dan berbuat,serta mau memahami anak didiknya dengan segala kansekuensinya.Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar,baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik,harus guru hilangkan,dan bukan membiarkannya.Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak di tentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar,guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana,bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.Pandangan guruterhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik.Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.

    1. RumusanMasalah
1.2.1 Bagaiman pedekatan-pendekatan dalam pembelajaran ?
    1. Tujuan
      1. Untuk mengetahui pedekatan-pendekatan dalam pembelajaran!


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-macam Pendekatan dalam Pembelajaran
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan dalam menilai anak didik.Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan,sehingga medah melakukan pendekatan dalam pengajaran.Ada beberapa pendekatan yang di ajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.Demi jelasnya ikutilah uraian berikut.

      1. Pendekatan Individual
Di kelas ada sekelompok anak didik.Mereka duduk di kursi masinh-masing.Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang.Di depan mereka ada meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar.Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-beda.Perilaku mereka juga bermacam—macam.Cara mengemukakan pendapat,cara berpakaian,daya serap tingkat kecerdasan,dan sebagainya selalu ada variasinya.Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Pendektan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini.Dengan kata lain,guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya.Bila tidak,maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik yang tidak pernah menjadi kenyataan.Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan yang optimal.
Pada kasus-kasus tetentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar,dapat di atasi dengan pendekatan individual.Misalnya,untuk menghentikan anak didik yang suka bicara.Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh.Anak didik yang suka bicara di tempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual,sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik dikelas.Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,walaupun suatu saat pendekatan kelompok di perlukan.


      1. Pendekatan Kelmpok

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada lain,yakni pendekatan kelompok.Pendekatan kelompok memang suatu waktu di perlukan dan perlu di gunakan untuk membina dan mengembangkan sikap social anak didik.Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis mahluk homo socius,yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok,di harapkan dapat di tumbuh kembangkan rasa social yang tinggi pada diri setiap anak didik.Mereka di bina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,sehingga terbina sikap kesetiakawanan social di kelas.Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja.Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan,seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia.Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,langsung atau tidak langsung,di sadari atau tidak,makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik di biasakan hidup bersama,bekerja sama dalamkelompok,akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.Yang mempunyai kelebihan dengan iklas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan.Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan,tanpa ada rasa minder.Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.Inilah yang di harapkan,yakni anak didik yang aktif,kreatif,dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok,maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,fasilitas belajar pendukung,metode yang akan di pakai sudah di kuasai,dan bahan yang akan di berikan kepada anak didik memang cocok di dekati dengan pendekatan kelompok.Karena itu,pendekatan kelompok tidak bisa di lakukan secara sembarangan,tetapi harus mempertimbangkan hal-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengelolaan kelas,terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik,pendekatan kelompok sangat di perlukan.Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis,intelektual,dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
Beberapa pengarang mengatakan,keakraban atau kesatuan kelompok di tentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal,atau saling menyukai satu sama lain.Yang mempunyai kecenderungan menamakan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah merupakan satu-satunya factor yang menyebabkan kelompok bersatu.
Keakraban kelompok di tentukan oleh beberapa factor yaitu:
  1. Perasaan di terima atau di sukai teman-teman.
  2. Tarikan kelompok.
  3. Teknin pengelompokan oleh guru.
  4. Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok.
  5. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam carab mencapainya.
  6. Struktur dan sifat-sifat kelompok.Sikap kelompok itu adalah:
  1. Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu.
  2. Suatu system interaksi
  3. Suatu organisasi atau struktur.
  4. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama.
  5. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu.
  6. Pola perilaku yang dapat di observasi yang di sebut kepribadian.
Akhirnya guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.

2.1.3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru di hadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah,maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi.Setiap masalah yang di hadapi oleh anak didik tidak selalu sama,terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar,anak didik mempunyai motivasi yang berbeda.Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah,tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi.Anak didik yang satu brgairah belajar dan anak didik yang lain kurang bergairah belajar.Sementara sebagian besar anak belajar,satu atau dua orang anak tidak ikut belajar.Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pembelajaran.
Dalam mengajar,guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relative lama.Bila terjadio perubahan suasana kelas,sulit menormalkannya kembali.Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar.Akibatnya,jalannya pelajaran kurang menjadi efektif.Efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu,di sebabkan anak didik yang kurang konsentrasi.Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat di perankan,karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut.Karena itu,dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar,guru bisa saja membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar.Tetapi dalam hal ini,terkadang di perlukan juga pendapat dan kemauan anak didik.Bagaimana keinginan mereka masing-masing.Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar kelompok,tetapi ada juga anak didik yang kurang suka dalam belajar kelompok dan ada anak didik yg suka dengan gaya belajar sendiri.Bila hal ini terjadi,maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu,belajar dalam kelompok dan belajar sendiri,terlepas dari kelompok tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalahan yang di hadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi,maka pendekatan yang di pergunakan akan lebih tepat dengan pendekatan yang bervariasi pula,misalnya anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan beda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda pula.Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat keributan.Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsep bahwa permasalahan yang di hadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif,sehingga di perlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.



2.1.4 .Pendekatan edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik,bukan karena motif-motif lain seperti dendam,gengsi,ingin di takuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan,yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran,misalnya tidak tepat di berikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera.Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan.Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power,yakni teorikekuasaan untuk menundukkan orang lain.Dalm pendidikan,guru kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan,karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.Pendekkatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.Setiap tindakan,sikap,dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan,dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum,norma susila,norma moral,norma social dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didi.Salah satu contohnya,ketika lonceng tanda masuk kelas berbunyi,anak-anak jangan di biarkan masuk dulu,tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan.Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok jenisnya.Dan demikian juga dengan semua anak laki-laki,berbaris dalam kelompok sejenisnya,jadi barisan dibentuk dua dengan pandangan terarah ke pintu masuk.Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbaris di depan pintu masuk kelas.Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas.Mereka pun satu per satu masuk kelas,mereka satu per satu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum di lepas.Akhirnya,semua anak masuk dan pelajaran pun di mulai.
Contoh di atas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah di lakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas.Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.Guru telah membimbing anak didik,bagaimana cara memimpin kawan-kawannya dan anak-anak lainnya,membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai kebaikan.Betapa baiknya jika semua sekolah melakukan hal demikian itu.Mungkin kewibawaan guru yang di rasakan mulai memudar sekarang ini dapt di munculkan kembali dan tetap melekat pada pribadi guru.Sekaranglah saatnya mengedepankan pendidikan kepribadian kepada anak didik dan jangan hanya pendidikan intelektual serta keterampilan semata,karena akan menyebabkan anak tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuwan yang berpribai kering.
Guru yang hanya mengajar di kelas,belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berakhlak mulia.Demikian halnya juga dengan guru yang mengambil jarak dengan anak didik.Kerawanan hubungan guru dengan anak didik di sebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan harmonis.Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah.
Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu tentang masalah yang di rasakan anak didik,membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang di rasakannya.Sikap guru yag demikian kurang di benarkan dalam pendidikan,karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang introvert (tertutup).
Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu,tetapi bermacam-macam jenis dan tingkatannya.Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat.Berbagai kasus yang terjadi,selai ada yang dapat di dekati dengan pendekatan individual,ada juga yang dapat di dekati dengan pendekatan kelompok,dan ada pula yang dapat di dekati dengan pendekatan bervariasi.Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edikatif,pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif ,dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif.Dengan demikian,semua pendekatan yang di lakukan guru harus bernilai edukatif,dengan tujuan untuk mendidik.Tindakan guru karena dendam,marah,kesal,benci dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik,karena apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di atas,ada lagi pendekatan-pendekatan lain.Berdasarkan kurikulum atau garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Pendidikan agama islam SLTP tahun 1994 di sebutkan lim macam pendekatan untuk pendidikan agama islam,yaitu pendekatan pengalaman ,pendekatan pembiasaan,pendekatan emosional,pendekatan rasional,dan pedekatan fungsional.Kelima pendekatan ini di ajukan,karena pendidikan agama islam di sekolah umum di laksanakan melalui kegiatan intra dan extra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi.Kelima pendekatan tersebut di jelakan sebagai berikut:

        1. Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher,pengalaman adalah guru yang terbaik.Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah.Pengalaman adalah guru tanpa jiwa,namun selalu di cari oleh siapapun juga.Belajar dari pengalaman alahah lebih baik dari pada sekadar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.Belajar adalah kenyataan yang di tunjukkan dengan kegiatan fisik.karena itu,the process of learning is doing,reacting,undergoing,experiencing.The product of learning are all achieved by the learner through his own activity.(H.C.Witherington dan W.H.Burton,1986:57)
Meskipun pengalaman di perlukan dan selalu di cari selama hidup,namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik (educative experience)karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik (misedukative experience).Suatu pengalaman di katakana tidak mendidik,jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan,akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu ,misalnya mendidik anak menjadi pencopet,karena itu,cirri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningfull),kontinu dengan kehidupan anak,interaktif dengan lingkungan,dan menambah integrasi anak.Demikianlah pendapat Witherington.
Betapa tingginya nilai suatu pengalaman,maka di sadari akan pentingnya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak.Sehingga di jadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan.Maka jadilah pendekatan pengalaman sebagai frase yang baku dan di akui pemakaiannya dalam pendidikan.
Untuk pendidikan agama islam,pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai ke agamaan.Dengan pendekatan ini siswa di beri kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individu maupun kelompok.

2.1.4.2 Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan.Bagi anak yang masih kecil,pembiasaan ini sangat penting.Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di kemudian hari.Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula.Sebaliknya,pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula.Begitulah biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang.Karenanya,di dalam kehidupan bermasyarakat,kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.
Anak kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berfikir abstrak.Anak kecil hanya dapat berpikir konkret.Kata-kata seperti kebijaksanaan,keadilan dan perumpamaan adalah contoh kata benda abstrak yang sukar di pikirkan oleh anak.Anak kecil belum kuat ingatannya,ia lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru yang lain yang di sukainya.(M.Ngalim Purwanto,1991:224)
Anak kecil memang belum mempunyai kewajiban,tetapi dia sudah mempunyai hak,seperti hak dipelihara,hak di lindungi,hak di beri makanan yang bergizi,dan hak yang mendapatkan pendidikan.Salah satu cara untuk memberikan haknya di bidang pendidikan adalah dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka.Berdasarkan pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat,setelah mendapatkan pendidikan kebiasaan yang baik di rumah.Pengaruhnya juga terbawa ke sekolah.
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama.Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya.Maka adalah penting,pada awal kehidupn anak,menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik saja dan jangan sekali-sekali mendidik anak berdusta,tidak disiplin,suka berkelahi dan sebagainya.Tetapi tanamkanlah kebiasaan seperti iklas melakukan sesuatu,gemar menolong orang yang sukar,suka membantu fakir miskin,aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang positif.Maka dari itu pengaruh lingkungan keluarga,sekolah,dan masyarakat tidak bisa di elakkan dalam hal ini.
J.B Watson (1991:291) berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang di bawa sejak lahir itu sedikit sekali.Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan,karena latihan dan belajar.Jadi,dalam masalah kebiasaan ini,aliran Behaviorisme dari J.B Watson dan aliran Emperisme dari john locke lebih dominan dari pada aliranNativisme dari Shcopenhour.
Bertolak dari penddidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan di jadikan sebagai pendekatan pembiasaan.Pendekatan agama islam sangat penting dalam hal ini,karena dengan pendidikan pembiasaan itulah yang di harapkan siswa senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.Maka dari itu pendekatan pembiasaan di maksudkan di sini yaitu,dengan memberikan kesenpatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.Dengan pendekatan ini siswa di biasakan mengamalkan ajaran agama,baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari.Untuk itun maka metode mengajar yang perlu di pertimbangkan,antara lain adalah metode latihan (drill),pelaksanaan tugas,demonstrasi dan pengalaman langsung di lapangan.

2.1.4.3 .Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada didalam diri seseorang.Emosi berhubungan dengan masalah perasaan.Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu,baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah.Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual,perasaan estetis,perasaan etis,perasaan social dan perasaan harga diri.MenurutChalijah Hasan (1994:39) merasa adalah aktualisasi kerja dari hati sebagai materi dalam struktur tubuh manusia,dan merasa sebagai aktifitas kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subjektif.Hal ini dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan senang atau tidak senang,dan umumnya tidak tergantung pada pengamatan yangdi lakukan oleh indra.
Perasaan,menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:36),sebagai fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut”rasa senang dan tidak senang”,mempunyai sifat-sifat senang dan sedih/tidak senang,kuat dan lemah,lama dan sebentar,relative dan tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.
Ditambahkan lagi oleh mereka bahwa nilai perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitar,seseorang dapat ikut serta mengalami,menimbulkan rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia (perasaan religious),dapat membedakan antara mahkluk bahwa manusia merupakan mahkluk yang mempunyai perasaan.
Dalam kehidupansehari-hari,seseorang yang tergugah perasaannya,berarti emosinya tergugah.Orang yang emosional adalah orang yang cepat tergugang perasaannya.Misalnya menonton film sedih Dtv,karena menyentuh perasaannya,maka seseorang akan menangis atau sedih.Mendengar atau melihat saudaranya seiman dan seagama menderita atau meninggal dunia akibat peperangan antar bangsa di dunia,seseorang akan marah,sedih,mencaci maki,atau mengancam dan sebagainya.
Dalam kehidupan social keagamaan,perasaan seiman dan seagama mengikat perasaan seseorang sebagai orang yang beragama.Karena menyadari akan suatu kewajiban yang di bebankan di pundaknya oleh hukum agama,maka dengan kesadaran dia meyakini,memahami,dan menghayati ajaran agamanya itu.Demikian juga halnya dalam kehidupan seseorang yang beragama,dia menyadari adanya ajaran kitab sucinya yang menyuruh berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan yang munkar.Perasaan keagamaan yang demikian tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambahnya usia seseorang,dari sejak anak hingga dewasa.
Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka.Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang.Baik rangsangan verbal maupun nonverbal,mempengaruhi kadar emosi seseorang.Rangsangan verbal itu misalnya ceramah,cerita,sindiran,pujian,ejekan,berita,dialog,anjuran,perintah dan sebagainya.Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan di jadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran,terutama untuk pendidikan agama islam.Pendidikan emosional di maksudkan di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini,memahami,dan menghayati ajaran agamanya.Dengan pendekatan ini di usahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran tuhan,dan kebenaran ajaran agamanya.Untuk mendukung tercapainya tujuan dari pendekatan emosional ini,metode mengajar yang perlu di pertimbangkan antara lain adalah metode ceramah,bercerita,dan sosiodrama.

2.1.4.4 Pendekatan Rasional
Manusia adalah mahkluk yang di ciptakan oleh sang Maha Pencipta,yaitu Tuhan.Manusia adalah mahkluk yang sempurna di ciptakan.Manusia berbeda dengan mahkluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan.Perbedaannya terletak pada akal.Manusia mempunyai akal,sedangkan mahkluk lainnya seperti binatang dan sejenisnya tidak mempunyai akal.Jadi,hanya manusialah yang dapat berpikir,sedangkan mahkluk lainnya tidak mampu berpikir.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk,mana kebenaran dan mana keustaan dari sesuatu ajaran atau perbuatan.Dengan akal pula dapat membuktikan dan membenarkan adanya Tuhan Yang Maha Esa,Maha Pencipta atas segala sesuatu di dunia ini.Walaupun di sadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu,tetapi di yakini pula bahwa dengan akal dapat di capai ketinggian ilmu pengetahuan dan penghasilan teknologi modern.Itulah sebabnya manusia di katakansebagai homo sapien,semacam makhluk yang berkecendrungan untuk berpikir.
Akal atau rasio memanang mempunyai potensi untuk menaklukkan dunia.Tetapi jangan sampai mempertuhankan akal.Karena hal itu akan menggelincirkan keimanan terhadap ajaran agama.Sebaiknya,akal di jadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.Dengan begitu,keyakinan terhadap agama yang di anut bertambah kokoh.
Di sekolah anak didik di didik dengan berbagai ilmu pengetahuan.Perkembangan berpikir anak di bimbing kea rah yang lebih baik,sesuai dengan tingkat usia anak.Perkembangan berpikir anak mulai dari yang konkret sampai yang abstrak.Maka,pembuktian suatu kebenaran,dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju ke kompleks.Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak.Kesalahan pembuktian akan berakibat fatal bagi perkembangan jiwa anak.Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama,termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.
Karena keampuhan akal itulah akhirnya di jadikan pendekatan yang di sebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah.Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini,maka metode mengajar yang perlu di pertimbangkan antara lain adalah metode ceramah,Tanya jawab,diskusi,kerja kelompok,latihan dan pemberian tugas.

2.1.4.5.Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang di pelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekedar pengisi otak,tetapi di harapkan berguna bagi kehidupan anak,baik sebagai individu maupun sebagai mahkluk social.Anak dapat memanfaatkaan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak.Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang di dapatnya di sekolah.Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
Pelajaran agama yang di berikan di kelas bukan hanya untuk memberantas kebodohan dan pengisi kekosongan intelektual,tetapi untuk di implementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.Hal yang demikian itulah yang pada akhirnya hendak di capai oleh tujuan pedidikan agama di sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan.Karena itu,kurikulum pun di susun sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat.
Pendekatan fungsional yang di terapkan di sekolah di harapkan dapat menjembatani harapan tersebut.Untuk memperlicin jalan kearah itu,tentu saja di perlukan penggunaan metode mengajar.Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar yang perlu di pertimbangkan,antara lain adalah metode latihan,pemberian tugas,ceramah,Tanya jawab dan demonstrasi.

2.1.5 Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atuau dua macam mata pelajaran,tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat di bagi menjadi mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama.Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat di gunakan untuk kedua jenis mata pelajaran ini.Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan,tetapi harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang di capai.Dalam praktiknya tidak hanya di gunakan satu,tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Khususnya untuk mata pelajaran umum,sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan.Hal ini di maksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler,tetapi menyatu dengan nilai agama.Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang di pegang.Mata pelajaran biologi,misalnya,bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubungannya.Cukup banyak dalil agama yang membahas masalah biologi.Persoalannya sekarang terletak,mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut mencari dan menggali dalil-dalil di maksud Dn menafsirkannya guna mendukung penggunaaan pendekatan keagamaan dalam pendidikan dan pengajaran.Surah Yaasiin,ayat 34 dan ayat 36,adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa di pisahkan dari ajaran agama.Surah yaasiin ayat 37,38,39 dan 40 adalah dalil-dalil nyata pendukung pemdekatan keagamaan dalam mata pelajaran fisika.
Akhirnya pendekatan agama dapat membantu guru untuk mmperkecil kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa,yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak di cemoohkan dan di lecehkan,tetapi di amalkan selama hayat siswa di kandung badan.

2.1.6.Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,pendapat dan perasaan,secara lisan maupun tulisan.Bahasa inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang di anggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan,teknologi,seni budaya,dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang harus di gunakan dalam proses belajar mengajar.Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa,salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang di gunakan oleh guru selai factor lain seperti factor sejarah,fasilitas,dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja,karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang di masukinya.Karenanya perlu di pecahkan.Salah satu alternative ke arah pemecahan masalah tersebut di ajukanlah pendekatan baru,yaitu pendekatan kebermaknaan.Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini di uraikan sebagai berikut:
  1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata).Dengan demikian,struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan,pikiran,pendapat dan perasaan).
  2. Makna di tentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural,di dukung oleh pemahaman lintas budaya.
  3. Makna dapat di wujudkan melalui kalimat yang berbeda,baik secara lisan maupun tertulis.Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat itu di gunakan.Jadi keragaman ujaran di akui keberadaannya dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis.
  4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut,sebagai bahasa sasaran,baik secara lisan maupun tertulis.Belajar berkomunikasi ini perlu di dukung oleh pembelajaran unsure-unsur bahasa sasaran.
  5. Motivasi belajar siswa merupakan factor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya.Kadar motivasi ini banyak di tentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memiliki siswa yang bersangkutan.Dengan kata lain,kebermaknaan bahan pelajaran dn kegiatan pembelajaran memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar siswa.
  6. .Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman,minat,tata nilai,dan masa depannya.Karena itu pengalaman siswa dalam lingkungan minat,tata nilai dan masa depannya harus di jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.
  7. Dalam proses belajar mengajar,siswa merupakan subjek utama,tidak hanya sebagai objek belaka.Karena itu ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus di pertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran.
  8. Dalam proses belajar-mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan bahasanya.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perlu dikaji bahwa dalam proses pengajaran tidak hanya materi saja yang paling utama akan tetapi pendekatan-pendekatan pengajaran sangatlah berperan penting dalam proses pembelajaran guna adanya interaksi antara guru dengan anak didiknya bereserta pemaparan yang di jelaskan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa itu sendiri.Peran guru disini cukup sangat penting untuk bisa mengajak siswa dalam belajar yang menyenangkan,guna tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang optimal.

3.2. Saran
Diharapkan bagi pembaca untuk lebih memperhatikan pendekatan-pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik harus memperhatikan karakteristik siswa, kemampuan siswa, minat siswa, dan sebagainya sehingga pendidik mampu memahami dan melakukan pembelajaran dengan efektif dan efesien agar terwujudnya suasana PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran.

















DAFTAR PUSTKA

  • Djamarah, M.Ag, Drs syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengaaajar”. Jakarta : Rineka Cipta
  • S. Nasution. 1987. “ Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar” Bina Aksara. Jakarta : Cet III.




























KATA PENGANTAR


Om, Swastyastu,

Atas asungkertha wara nugraha Ida Sang HyangWidhi WaƧa / Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ Pendekatan-pendekatan dalam Pembelajaran “ ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun, disamping karena merupakan tugas akademik sebagai syarat mengikuti perkuliahan di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, juga untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dibidang pendidikan Agama Hindu khususnya pengetahuan dibidang Psikologi Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak untuk itu melalui kesempatan ini peniles haturkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang sudah memberikan bimbingan akademik bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada para Mahasiswa yang telah memberikan masukan – masukan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak biasa dikatakan sempurna, untuk itu keritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah yang telah disusun ini.
Sebagai akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan dibidang Psikologi Pendidikan tentang Pendekatan-pendekatan dalam Pembelajaran khususnya bagi para pembaca.

Om, Santih, Santih, Santih, Om.

Singaraja, 04 Desember 2011

Penulis



i



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang………………………………………………………………………1
    2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1
    3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Macam Pendekatan dalam Pembelajaran……………………………………………2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………16
3. 2 Saran………………………………………………..……………………………...16
Daftar Pustaka………………………………...………………….…………………….17












ii



PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH: I.KETUT PASEK GUNAWAN. S.Pd.H









OLEH:
LUH AYU LESTARI
NIM : 10.1.1.1.1.3855














JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2011






Tidak ada komentar:

Posting Komentar