Minggu, 12 Januari 2014

sosiologi pendidikan


  1. Pengertian Sosiologi Pendidikan

E. Goerge Payne (dalam Faisal dan Yasik, 1985) yang merupakan bapak sosiologi pendidikan memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial dan proses sosial terdapat hubungan yang saling terjalin, di mana di dalam interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.

  1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
    Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial, Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan, Fungsi pendidikan dalam kebudayaan, Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
  2. Hubungan antar manusia di dalam sekolah Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu: Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah, dan Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
  3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/lembaga pendidikan Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan, Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan, Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/peserta didik, dan Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
  4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pend dikan, Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem sosial dalam masyarakat luar sekolah, Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat
  5. pendidikan tersusun  dari dua kata, yakni sosiologi dan pendidikan. Secara etimologi kedua kata ini mempunyai maksud yang berbeda, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan manusia seiring dengan berkembangnya  budaya dan peradaban, keduanya mempunyai makna yang tak terpisahkan. Terutama dalam system memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut.Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991).
  6. Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang dinamakan social itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
  7. Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the educative process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara semua titik sosial dengan proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
  8. Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
  9. F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
  10. E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan (Nasution 1999:4)
  11. Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
  12. Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
  13. Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.Dari beberapa pengertian di atas, sosiologi pendidikan dapatlah dipahami secara sederhana sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari  masalah-masalah pendidikan dan segala pranatanya dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
  14. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
  15. Drs. Ary H. Gunawan, Pengertian Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
  1. Fungsi Sosiologi Pendidikan
Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik  (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 82). Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu :
  1. Fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi
  2. Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan  itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
  3. Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
3.Makna Sosiologi Pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya
2.      Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
3.      Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4.      Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
5.      Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1.      Analisis proses sosiologi.
2.      Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
3.      Analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
4.      Alat kemajuan dan perkembangan social,
5.      Dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
6.      Sosiologi terapan, dan
7.      Latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya.
Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat keruntuhan nilali-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham (1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yang terealisasi dalam laku ibadah”.
Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui pendidikan.
Menurut George S. Herrington mengemukakan lima tujuan sosiologi pendidikan, yaitu:
1.      Untuk memahami peraturan tentang penelitian dalam masyarakat dan sekolah sebagai instrument dan faktor sosial atau kemajuan sosial yang mempengaruhi sekolah,
2.      Untuk memahami ideologi yang demokratis kultur kita dan kecenderungan sosial dan ekonomi dalam hubungan dengan kedua agen pendidikan informal dan formal.
3.      Untuk memahami kekuatan sosial efek mereka atas individu.
4.      Kurikulum masyarakat
5.      Untuk menggunakan teknik penelitian dan pemikiran kritis untuk mencapai tujuan.
6.      Pokok-pokok penelitian sosiologi penelitian.
Sosiologi Pendidikan juga membantu kita memahami pola-pola interaksi sosial, kontrol soial, status dan peranan sosial dalam masyarakat. Sosiologi membantu kita mamahami nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut olehmasyarakat-masyarakat lain. Konflik antar budaya yang sering terjadic. Sosiologi membantu kita bersikap tanggap, kritis dan rasional terhadap setiap kenyataansosial dalam masyarakat, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat terhadapberbagai kenyataan sosial

1.   Ringkasan materi tentang Landasan Sosiologi Pendidikan
Manusia adalah mahkluk sosial. Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu dengan masyarakat. Hidup di masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial anak. Oleh karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar jadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Dan menurut para ahli bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan membimbing agar kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat hidupnya.




  1. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798 – 1857). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – ciri :
1.   Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2.   Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3.   Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.   Nonetis, karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola – pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
  1. Interaksi guru – siswa.
  2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
  3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan.
  4. Sistem – sistem masyarakat dan pengaruhnya terhaadap pendidikan.
Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :
1.   Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a.   Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.   Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c.   Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan.
d.   Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status.
e.   Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok – kelompok dalam masyarakat.
2.   Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :
a.   Sifat kebudayaann sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b.   Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3.   Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari :
a.   Peranan sosial guru.
b.   Sifat kepribadian guru.
c.   Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d.   Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak – anak.
4.   Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
a.   Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b.   Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas kaum tidak terpelajar.
c.   Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
d.   Faktor – faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat (Wayan Ardhana, 1986 : Modul 1/67)


Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu:
  1. Paham individualisme, Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing – masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.  Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri,  antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
  2. Paham kolektivisme, Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
  3. Paham integralistik, paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
  1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
  2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat..
  3. Negara melindungi warga negaranya.
  4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertaman bagi setiap manusia. Proses sosialisasi akan dimulai dari keluarga, dimana anak mulai mengembangkan diri. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa ”Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai norma dan keterampilan.”perlu pula ditegaskan bahwa pemerintah  mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak. Dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga, komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (hanya bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas sosial keluarga diperkirakan tetap berpengaruh terhadap perkembangan anak (Redja Mudyahardjo. et.al.,1992: modul 5/54).
Selanjutnya disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat. Seperti kelompok keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain – lain. Terdapat satu kelompok khusus yang datangnya bukan dari orang dewasa, tetapi dari anak – anak lain yang hampir seusia yang disebut kelompok sebaya. Kelompok sebaya ini juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat searah dengan bertambahnya usia anak. Kelompok sebaya sendiri dari sejumlah individu yang rata – rata usianya hampir sama yang mempunyai kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara.
Kelompok sebaya bukanlah merupakan lembaga yang bersifat tetap sebagaimana keluarga. Memang kelompok ini mempunyai semacam organisasi, tetapi peranan dari setiap anggota kurang jelas dan peranan – peranan itu sering berubah – ubah. Pada beberapa kelompok sebaya, bahkan tidak jelas siapa sebenarnya yang menjadi anggota dan siapa yang bukan anggota. Anak – anak selalu pindah dari satu kelompok ke kelompok sebaya lainnya sejalan dengan bertambahnya usia anak yang bersangkutan. Banyak anak menjadi anggota lebih dari satu kelompok dalam waktu yang bersamaan. Pada suatu saat seorang anak menjadi anggota kelompok sebaya di kampungnya, di organisasi pemuda, dan atau di sekolah. Di dalam masing – masing kelompok seorang anak mempunyai status tertentu dan dituntut dari kelompok sebaya dan adanya kecenderungan setiap anggota kelompok untuk memenuhi ekspektasi itu, maka dirasakan pengaruh kelompok sebaya menjadi sangat penting. Sebagai lembaga sosial, kelompok sebaya tidak mempunyai struktur yang jelas dan tidak mempunyai tujuan yang bersifat permanen. Tetapi kelompok sebaya dapat menciptakan solidaritas yang sangat kuat diantara anggota kelompoknya. Terdapat beberapa hal yang dapat disumbangkan oleh kelompok sebaya dalam proses sosialisasi anak, antara lain bahwa kelompok sebaya memberikan model, memberikan identitas, serta memberikan dukungan. Di samping itu, kelompok sebaya memberikan jalan pada anak untuk lebih independen dan menumbuhkan sikap kerjasama dan membuka horison anak lebih luas.
Paparan tersrbut menyoroti terutama pengaruh masyarakat terhadap pendidikan, mulai dari keluarga, kelompok sebaya dan lainnya. Dari sisi lain, yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh pendidikan terhadap masyarakat. Tentang hal ini terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji sejak dulu. Permasalahan dimaksud adalah dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, yakni yang harus mendapat penekanan : apakah pendidikan mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakatnya (penekanan pada sosialisasi), atau mempersiapkan  anak untuk merombak/membarui masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Seperti tampak di banyak negara, pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memilih salah satu kutub pendapat tersebut, tetapi diupayakan seimbangan antara upaya pelestarian dan pengembangan.
Berdasarkan interaksi sosial di atas, interaksi dan proses sosial di dasari oleh faktor – faktor :
  1. Imitasi. Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bissa pula bersifat negatif.
  2. Sugesti. Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. Di sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwewenang misalnya kepala sekolah dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temannya. Sugesti ini memberi jalan bagi anak itu untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional terhambat.
  3. Identifikasi. Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar.
  4. Simpati. Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memang penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak – anak akan tertib mematuhi peraturan – peraturan kelas dalam belajar.





















DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya.
Ahmadi, Abu & Uhbiyati, Nur. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
http://dyahrahayuarmanto.wordpress.com/tag/fungsi-sosiologi-pendidikan/
http://emha91.blogspot.com/2012/05/tujuan-dan-manfaat-sosiologi-pendidikan.html


















Tugas Sosiologi pendidikan
Pengertian,fungsi dan makna sosiologi pendidikan
Dosen pengampu : Dra Ni Wayan Budiasih,M.Ag.





OLEH
luh ayu lestari
NIM : 10.1.1.1.1 3855






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar