Yoga
Dalam Kehidupan Sehari-hari
(oleh
: Komang Sudiasa)
- Pendahuluan
Ada banyak jalan
untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu
tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi
antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk
meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita
berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Karena itu tiap
orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yanag berbeda
pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena ada
orang-orang yang membutuhkan ajarannya. Penganut suatu jalan rohani
dapat saja tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan
tidak akan pernah selama masih berada dalam jalan rohani tersebut.
Jalan rohani itu
merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut.
Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang mungkin tidak
dapat dipenuhi oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan
rohani yang memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat. Saat
satu individu masih tingkat pemahamannya tentang Tuhan dan
perkembangan dalam dirinya, dia mungkin merasa tidak terpenuhi oleh
pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan rohani yang lain
untuk mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang
tersebut telah meraih tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan
kebenaran serta pengetahuan yang lebih luas, dan kemungkinan lain
untuk tumbuh.
Dengan demikian kita
tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua berharga
dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi
kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih
kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga
sebagai salah satu jalan yang bersifat universal adalah salah satu
jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemapuan
spiritual seseorang.
- PEMBAHASAN
2.1 Yoga dalam
kehidupan sehari-hari
Saya teringat akan
masa kecil saya, pada waktu itu saya baru berumur kurang lebih 5
tahun, saya ingin sekali menikmati dunia pendidikan seperti anak
lainnya. Namun demikian umur saya tidak mencukupi untuk terdaftar
sebagai siswa disalah satu sekolah dasar didesa saya. Dengan demikian
hari-hari saya habiskan untuk bermain akan tetapi, masa bermain saya
terbatas karena saya harus ikut bersama orang tua ke sawah. Walaupun
badan saya kecil dan belum mengerti apa-apa saya mendapatkan tugas
dari kedua orang tua saya untuk menjaga sawah karena pada saat itu,
tepatnya disawah ditanami dengan padi. Otomatis
saya membantu orang tua saya dengan mengorbankan masa-masa bermain
saya.
Namanya saja anak
kecil, saya pun merasa jenuh namun demikian karena orang tua saya
juga sibuk dengan pekerjaan yang lain, saya pun mengerti dengan
keadaan orang tua saya. Sawah yang saya jaga lumayan luas dan
burung-burung berlomba-lomba untuk menyerang untuk memakan padi yang
tentunya sangat mengenakan bagi para burung disaat binatang tersebut
kelaparan. Saya pun kewalahan dengan keadaan itu akan tetapi saya
berjuang sampai tengah hari dengan sisa tenaga yang saya miliki,
karena badan terasa lemas akibat belum makan. Kegiatan
esok hari saya harus bangun pagi-pagi untuk membantu ibu saya memasak
setidaknya saya dapat meringankan pekerjaan orang tua saya. Karena
saya sudah bisa memasak nasi, sayur, telur rebus, maupun telur goreng
meskipun saya masih duduk dibangku sekolah dasar.
Setiap kehidupan
pasti akan pernah mengalami kegagalan. Seperti Pada masa panen yang
pertama, ternyata hasil yang didapat kurang menguntungkan karena
bukan kedua orang tua saya yang punya sawah akan tetapi bekerja
dengan orang lain. Saya pun ikut terkena dampaknya, salah satunya
adalah saya tidak makan sehari akan tetapi kedua orang tua saya
dengan kasih sayangnya mereka berusaha untuk supaya anaknya bisa
makan. Dengan kerja keras menahan terik panasnya matahari menahan
haus kedua orang tua saya. Orang tuya saya lebih mendahulukan
ankaknya agar bisa untuk makan, tidak hanya itu berkat bantuan
keluarga dari ibu juga yang telah membantu keluarga saya.
Hari pun berganti
hari panen yang kedua akhirnya menguntungkan saya senang sekali
begitu pun kedua orang tercinta saya yaitu orang tua saya. Pada panen
yang kedua itu umur saya sudah 6 tahun, saya pun berifikir apakah
saya diterima nantinya disekolah dengan badanku yang pendek
dibandingkan dengan teman-teman sebaya saya. Dan akhirnya saya
diterima bersekolah untuk menuntut ilmu pengetahuan. Saya sangat
senang karena saya sudah bersekolah, namun ternyata hambatan dan
halangan menghadang didepan, saya nunggak membayar uang spp selama
dua bulan. Orang tua pun gelisah karena sudah tidak punya uang lagi
karena lagi masa musim pacekelik. Saya sadar akan ekonomi saya kurang
bawa bekal pun jarang dalam seminggu. Saya punya temen yang sama
keadaannya sama saya. Namun dia lebih mandiri dalam hal mencari uang
bekal sehari-hari. Saya
pun ingin sepertinya, dengan semangatnya saya mengikutinya mencari
uang yaitu dengan berjualan es keliling.
Berjualan es keliling saya lakukan setelah saya pulang sekolah dengan
tanpa rasa malu. Karena saya sadar saya bukan orang kaya, saya orang
kurang mampu. Setiap
harinya dua kali dalam sehari saya melakukan persembahyangan (Puja
Tri Sandya) berdoa supaya diberi kelancaran bersekolah tepatnya di
dalam kelas dengan posisi berdiri (padmasana).
Tanpa disadari bahwa dengan berjualan es lilin keliling sangat
bermanfaat bagi saya. Saya merasa senang dengan kegiatan yang saya
lakukan dengan tanpa memikirkan hasil terlebih dahulu saya
melakukannya. Dengan menghafalkan mantra pujatrisandya akhirnya saya
bisa untuk melakukannya dirumah.
Berjualan keliling
dengan membawa es
lilin satu termos dengan jumlah yang lumayan banyak tubuh ini seakan
tak menghiraukan panasnya terik matahari yang menyengat ditubuh saya.
Demi kedua orang tua saya,
setidaknya saya tidak minta uang jajan dalam seminggu. Berjualan es
keliling saya lakukan selama kurang lebih 3,5 tahun. Terus saya
lakukan pada saat saya duduk dibangku sekolah dasar. Dengan rasa
kasih sayang saya kepada orang tua saya apapun saya lakukan, dari
kecil saya sudah di didik untuk rajin bersembahyang. Karena saya
hanya saya yang tinggal dirumah, kakak-kakak perempuan merantau
kedenpasar. Maka dari itu saya menjadi pengganti mereka dirumah.
Karena
hal itu saya mencoba untuk bisa membuat sarana upacara seperti canang
sari, ketupat, yang dibutuhkan disaat upacara berlangsung.
Dan akhirnya saya pun bisa membuat canang serta ketupat untuk
bersembahyang sehari-hari yang pada saat itu ibu dan salah satu teman
saya yang mengajarkan cara pembuatan sarana persembahyangan tersbut.
Pernah ada kejadian lucu ketika itu saya membantu ibu memasak, saya
bertugas menggoreng telur sedangkan ibu pergi kepasar untuk membeli
sayur-mayur, mungkin karena saya tidak terbiasa bangun pagi pagi
sekali tidak merasa gorengan telur saya hangus. Karena saya mengantuk
mata saya terasa berat sekali.
Kegiatan sehari-hari
saya seperti biasa habis selesai pulang sekolah saya pun bergegas
untuk berjualan es keliling. Sampai akhirnya saya masuk ke sekolah
yang lebih tinggi yaitu kelas 1 SMP. Disanalah saya lebih diberi
tanggung jawab lagi sama orang tua, untuk memberikan makan atau
mencarikan rumput dua ekor sapi yang memang orang tua saya memelihara
sapi serta ayam disawah. Kegiatan itu saya lakukan saat pulang
sekolah dan hari minggu dapat dikatakan hampir setiap hari setiap
waktu senggang saya. Dalam kegiatan itu saya mencoba untuk melakukan
kegiatan tersebut dengan rasa tanggung jawab saya agar binatang
peliharaan kedua orang tua saya tidak kelaparan, karena jujur saja
menyabit belum saya pernah lakukan dan mengangkat beban yang berat
dengan tubuh yang kecil ini saya rasa tidak sanggup untuk
melakukannya. Namun dengan usaha dan rasa ingin tahu saya pun ingin
melakukannya dengan mencari rumput dipinggir sawah ternyata sangat
sulit dilakukan banyak tantangan seperti badan gatal, tangan luka,
dan panas. Karena terbiasa saya lakukan dengan senang hati dan atas
tanggung jawab yang diberikan oleh kedua orang tua saya, saya pun
bisa mencari rumput untuk kedua sapi saya dengan keranjang yang besar
dan dengan sabit yang tajam.
Dalam kesehariannya
saya tidak hanya bergulat dengan pekerjaan yang diberikan kepada
saya, akan tetapi kewajiban saya sebagai anak tentunya tahu diri
yaitu dengan membersihkan rumah (menyapu halaman rumah, dan lainnya).
Ke dua orang tua saya tidak terus menerus saya diberikan pekerjaan
namun disaat mereka tidak sibuk pekerjaan saya diambil alihkan jadi
saya bisa berisitrahat.
Walapun saya
disibukan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh kedua orang tua
saya, saya tidak lupa untuk belajar , karena itu yang utama.
Disela-sela istrhat disawah saya sempatkan untuk membaca dan
mengerjakan PR. Belajar dengan giat dan tekun itu sangat
menguntungkan dan akhirnya saya pun meraih prestasi dikelas dengan
peringkat pertama sampai akhir sekolah. Saya terlahir dikeluarga yang
tidak mampu, untuk menghibur diri saya dari kesepian disaat waktu
senggang saya. Saya memelihara satu ekor ayam dan anjing. Saya
pelihara kedua binatang tersebut dengan baik, setiap harinya saya
memberikan makan kepada binatang kesayangan saya. Tidak terasa waktu
begitu cepat berlalu, ayam saya sudah bertelur dan anjing saya tumbuh
dengan besar dan sehat. Saya pun senang dengan hal itu. Telur ayam
menetas dan menjadi itik hingga besar saya jadikan uang untuk
memenuhi keperluan sekolah saya. Begitu pun anjing dengan setia
menjaga ayam saya dari tangan-tangan jail alias pencuri. Saya
tidak suka membunuh binatang, karena mereka sudah membantu saya dalam
kehidupan saya.
Maka dari itu saya sangat benci saat anjing saya dibunuh didepan mata
kepala saya sendiri. Anjing kesayangan saya dibunuh saya pun sedih,
tak terasa air mata pun menetes dari kedua bola mata saya.
Menyambung cerita
pengalaman hidup saya diatas, setelah saya selesai menempuh
pendidikan di SMP, saya pun melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan.
Saya berfikir dengan masuk kesekolah kejuruan pastinya dengan mudah
mendapatkan pekerjaan. Dengan bersekolah di SMK tentunya mendapatkan
praktek ataupun pengalaman kerja yang lebih dibandingkan dengan
bersekolah di sma. Sama sepertinya halnya diatas saya sadar, saya
sudah disekolahkan oleh kedua orang tua saya jadi saya berkewajiban
membantu segala pekerjaan kedua orang tua saya, dengan semampunya.
Tidak hanya hanya itu saya berusaha untuk menjadi terbaik di dalam
akademik dan hal itu terwujud dengan kerja keras belajar dan belajar
prestasi q raih kembali sampai akhir sekolah juga. Saya sangat senang
sekali dengan kedaan itu. Kerja keras membuahkan hasilya. Apapun yang
kita kerjakan dengan tulus, sungguh-sungguh pasti hasilnya tidak akan
mengecewakan. Di sekolah menengah kejuruan ini, mengadakan tirtayatra
sembahyang ke pura-pura yang ada di Bali. Saya pun ikut serta dengan
senang hati. Saya pun bersembahyang di suatu pura salah satunya di
pura penulisan, dengan udara yang begitu sejuk, serta
tidak kalah menariknya menaiki tangga yang lumayan banyak jumlahnya
membuat pernafasan tersengal-sengal. Terdengar suara binatang, serta
alunan genta dari pemangku yang membuat suasana bertambah khusuk.
Pekerjaan orang tua
tidak lepas dari pertanian. Saya bisa bersekolah karena bapak saya
adalah seorang buruh tani. Saya bangga kepada kedua orang tu saya
dengan kegigihan nya memberikan pendidikan kepada anaknya. Saya pun
membantu kegiatan yang dilakukan oleh kedua orang tua saya. Setelah
tanam padi disawah saya membantu membawakan pupuk, dari tempat
pembelian pupuk hingga sampai ke tengah sawah. Melalui
jalan yang tidak rata saya pun bergegas berjalan dengan nafas yang
tersengal-sengal karena perjalanannya cukup jauh, dengan keringat
yang bercucuran membasahi tubuh yang mungil ini.
Setiap pagi, sore
hari saya selalu melakukan pekerjaan ini yaitu menyiram dan menyapu
(membersihkan rumah). Dari rumah atas dan bawah saya bersihkan,
dengan melalui tangga rumah, yang membuat pernafasan
tersengal-sengal. Diwaktu libur saya gunakan untuk berolahraga lari
pagi.
Setelah saya lulus
dari smk, perasaan saya senang sekali, karena saya mampu melalui
selama 3 tahun cobaan di bangku sekolah. Meski dengan susah payah
saya lalui namun dengan perasaan yang senang. Setelah itu akhirnya
saya bersekolah lagi hingga keperguruan Tinggi. Sama seperti halnya
waktu bersekolah di tingkat SD, SMP, SMK, hingga Keperguruan Tinggi
hal itu terjadi lagi. Hinaan itu tidak pernah lepas dari kehidupan
saya. Mereka dengan ringan sekali mengucapkan, mengeluarkan kata-kata
hinaan dengan mudahnya dari mulut mereka. Cobaan mulai mengahmpiri
kehidupan saya lagi, namun dengan saya berfikir bahwa hidup ini harus
saya lalui, harus saya jalani dengan kesabaran, ketabahan hati. Meski
hati, telinga panas mendengar ucapan yang terlontar dari mulut
mereka.
Dalam hal ini,
kegiatan belajar di bangku perkuliahan lancar. Adanya saling
kerjasama disaat teman membutuhkan bantuan meski materi saya tidak
bisa berikan namun dengan hanya dari segi jasa, dan ilmu saya dapat
berikan kepada teman saya, karena saya tahu hal itu juga dibutuhkan
oleh teman saya. Pada saat itu dengan diadakannya kegiatan-kegiatan
UKM, yang dimana mahasiswa harus mempunyai minimal satu ukm yang
dimilikinya. Lalu saya tertarik dengan UKM Dharma gita dan UKM YOGA.
Yang selanjutnya saya mengikuti latihan kedua UKM tersebut. Awal nya
saya susah dan merasa canggung karena sebelumnya saya belum pernah
melakukan gerakan-gerakan yang ada di dalam Yoga. Begitu juga dengan
ukm dharma gita.
Latihan pun
dilaksanakan setiap seminggu sekali, dengan instruktur yang
membimbing pada saat latihan yoga. Pada saat latihan tentunya agak
sedikit mengalami suatu kesulitan dalam hal kelenturan badan. Namun
hal tersebut dapat saya atasi dengan baik. Dengan latihan yang rutin,
saya pun bisa untuk melakukan gerakan daripada beberapa gerakan surya
namaskara. Di dalam latihan yoga tidak hanya gerakan saja akan tetapi
ada pengucapan
mantra-mantra seperti mantra untuk yoga dan Gayatri mantram.
Setelah melewati
beberapa latihan, saya pun ikut untuk ke pantai disana saya melakukan
berusaha untuk bisa mengambang. Dengan konsentarsi penuh, namun hal
itu gagal saya lakukan karena mengambang dengan tidak sempurna.
Gerakan-gerakan yang sudah saya lakukan dalam gerakan Surya Namaskar
adalah dua belas gerakan dalam surya namaskara. Yang dimana mempunyai
fungsi dan manfaat yang berbeda-beda.
Waktu begitu cepat
berlalu setelah saya berhasil melewati Ujian yang dilaksanakan oleh
Ketua Ukm Yoga, dengan nilai yang memuaskan dengan usaha yang saya
lakukan juga. saya pun di tunjuk dalam organisasi dalam ukm Yoga
sebagai BPH (Badan Pengurus Harian). Dengan ikut organisasi tersebut
untuk pertama kalinya saya mengikuti diklat Yoga yang diselenggarakan
di Asram Gandhi Puri tempatnya di daerah Klungkung.
Disana banyak hal
yang saya dapatkan tidak hanya teman-teman baru melainkan juga ilmu
baru yang belum saya tahu sebelumnya. Mengikuti diklat dengan menaiki
bukit dilakukan pada saat pagi hari dengan lilin sebagai penerangnya
pada saat dini hari. Dengan kerjasama dari teman-teman dalam mencari
jalan keluar menuju finish. Dalam perjalanan menuju finish, saya dan
teman-teman diberikan minuman dengan berbagai macam rasa, ada rasa
asin, pahit, asam dan manis. Nafas sudah tak terelakkan dengan
tersengal-sengal diiringi sedikit canda tawa dengan tenaga yang masih
tersisa mencoba untuk bertahan.
Setelah selesai
kegiatan yang dilakukan, akhirnya tiba saatnya untuk mendengarkan dan
melaksanakan apa yang dilakukan oleh narasumber. Di dalam asram gandi
puri narasumber
mengajak para peserta diklat untuk tertawa yang tentunya
instrukturnya terlebih dahulu mengawali dengan tertawa, dan akhirnya
satu persatu peserta diklat ikut serta tertawa dengan lepas tidak
terkecuali saya juga
. Mereka tertawa entah ada yang lucu atau tidak yang jelas harus
tertawa. Setelah tertawa selama kurang lebi 5 menit dilaksanakan
akhirnya tertawa dihentikan. Dan akhirnya dijelaskan maksud dari
tertawa yang dilakukan, tertawa ternyata bermanfaat terhadap otak,
wajah kita dengan tertawa dapat melupakan masalah-masalah yang ada
setidaknya meringankan otak dalam menghadapi suatu masalah.
Selanjutnya setelah
kegiatan tertawa dilakukan, dilanjutkan dengan perenungan suatu
masalah, pesertaa diklat diajak untuk merenungkan kedua orang tuanya
dirumah dengan suara musik yang menghayutkan perasaan, dan
suara-suara dorongan untuk mengingat kedua orang tua yang ada
dirumah. Seketika
itu saya dan peserta diklat lainnya tak sanggup untuk menahan air
mata, dan terjatuh membasahi pipi.
Dalam pikiran yang seperti dihipnotis saya merenungkan dalam pikiran
kesalahan-kesalahan yang saya pernah perbuat entah disengaja ataupun
tidak kepada kedua orang tua saya. Dengan kegiatan itu saya
disadarkan akan kemuliaan dari kedua orang tua saya. Sudah terlalu
banyak dosa, kesalahan yang telah saya perbuat selama ini yang tak
bisa terbayarkan oleh apapun.
- KOMENTAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar